November 23, 2011

Aku dan menulis 6

                Suatu ketika di akhir musim kemarau, menulis membawaku ke sebuah acara yang besar. Sebuah festival yang keren. Festival itu ada di sebuah pulau yang menjadi pusat pariwisata di negeriku. Aku diajaknya dan dijanjikan olehnya kalau aku akan bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang dulu-dulu sebelum aku. Sepertinya ini akan menjadi sebuah reuni besar-besaran. Sebuah kehormatan yang besar tentunya bagiku untuk bisa bertemu dengan orang-orang yang hebat itu.
                Setelah aku sampai disana, ditunjukkannyalah kepadaku kalau sahabat-sahabatnya tidak hanya berasal dari negeriku saja, melainkan dari berbagai tempat-tempat yang hebat. Ada satu orang yang berasal dari tempat yang sangat jauh yang belum pernah kukunjungi, bahkan belum pernah tahu aku ada tempat itu di dunia ini.
                Kebanyakan dari mereka sudah memiliki nama yang hebat di mata dunia. Sahabatku menggiring aku untuk bertemu orang-orang ini satu per satu. Kusalami dan kutatap muka mereka. Ada yang hanya menyalam saja, ada juga yang mengajakku bicara. Sahabatku mempresentasikanku layaknya sebuah barang pajangan. Karya-karyaku ditunjukkannya kepada orang-orang ini. Ada yang kagum karena umurku yang masih muda. Beberapa dari mereka juga ada yang memberikan saran dan kritik terhadap tulisanku. Walaupun begitu, dalam setiap kritikan sahabatku ini selalu menutup kritikan-kritikan itu dengan pujian-pujian. Aku sampai malu sendiri rasanya. Padahal, aku masih hijau dibandingkan dengan orang-orang hebat ini. Banyak sekali pengalaman mereka.
                Selama festival itu, yang berlangsung selama lima hari, aku mendapatkan banyak sekali pelajaran dari wokrshop yang diadakan. Menulis berkata kepadaku, dulu sebelum ia bertemu denganku ia juga pernah bertemu dengan seorang gadis di acara seperti ini dan kemudian mereka berdua juga bersahabat, sama seperti aku dan dia sekarang. Sayang sekali, gadis itu tidak lama hidup setelah mereka bersahabat. Gadis itu terkena penyakit yang mematikan. Maka itu, sahabatku ini terus mendorongku untuk terus berkarya, karena kita tidak akan tahu kapan ajal menjemput kita. Bagi menulis, ia memang tidak akan mati, tetapi bagiku mati itu bisa kapan saja terjadi.
                Hari-hari terus berlanjut dan aku masih ada di dalam atmosfer yang sangat hebat. Kalau pernah merasakan atmosfer yang diberikan piala dunia, rasanya hampir sama dengan sekarang ini. Seperti akan terjadi hal-hal yang hebat dan tidak bisa dilewatkan. Berkedip saja sudah terjadi satu gol yang spektakuler.
                Kesempatan seperti ini tidak kusia-siakan begitu saja. Ketika waktu sudah malam dan waktunya aku tidur, aku masih berada di beranda hotel dan berbincang-bincang dengan seorang penulis yang pernah mengkaryakan sebuah buku mengenai politik dan budaya, dan ketika pagi hari sewaktu aku baru bangun aku sudah bertemu dengan seorang laki-laki berkacamata dan terlihat intelek yang sukses dalam penulisannya di dalam cerita anak. Betul-betul kesempatan yang langka.
               Tidak hanya penulis-penulis hebat yang kutemui di sana, tetapi juga ada banyak sekali calon-calon penulis hebat. Ya, remaja seperti aku ini. Eager young mind. Mereka juga masih belajar dan bertekun dalam dunia kepenulisan ini.
                Lima hari lewat sudah dan aku siap membawa banyak hal pulang ke rumah. Sahabatku juga ikut senang karena akhirnya aku bisa bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang duluu dan belajar banyak dari mereka. Aku berterimakasih sekali kepadanya. Dengan kehadirannya di hidupku, aku bisa sampai di sini hari ini.
                Secara kasat mata memang tidak banyak yang aku dapat dari sahabatku ini. Hanya saja, pengetahuan dan pengalaman yang sangat nikmat itu kuhirup dan kusimpan di dalam pikiranku yang luas ini. Bukan harta, tetapi hikmat.