Sudah
dua bulan. Mendengar “Susah banget sih contact
lu? Gimana caranya?”; “Trus gue nanti contact
lu gimana?”; “Ha? Hilang lagi? Wah, kacau banget lu.”. Sudah dua bulan.
Menghilang dari dunia sosial yang begitu mudah. Sudah dua bulan. Jadi hantu dan
bayang-bayang keramaian dunia maya.
“Engga
sih, ga nyesel sama sekali.” “Yakin? Bukannya pasti akan banyak momen menulis
yang gemilang di tengah jalan, begitu?” “Engga juga, jarang. Dalam waktu dua
bulan yang sudah lewat, paling cuma ada berapa ide. Itu juga ga yakin jadi
semua.”
Tidak
hanya jadi bayangan dunia maya saja, bayangan dari hobi dan kebutuhan sendiri
itu lebih parah lagi. Tidak terlalu sulit melewati ini semua. Laptop HP mini,
yang sudah melayani kebutuhan gue lebih lama, dengan setia mendukung dalam
segala hal. Hanya saja, tidak dalam segi portable.
Sudah
dua bulan. Kalau kamu tau game “Plants
vs Zombies” ada satu level di bagian puzzles
yang namanya “Invisighost”. Rasanya seperti itu kira-kira. Selama dua bulan.
Selama
dua bulan. Paling sering bilang “Abang pinjem HPnya ya” ke sepupu gue yang
masih 9 tahun dan udah punya Blackberry Onyx. Beberapa kali kasih nomor HP itu
ke orang, padahal bukan milik sendiri. Padahal, apalah pula salahnya memberi
alamat e-mail? Udah zaman modern ‘kan ini? Itu yang terpikir dalam benak.
Akhirnya,
memang karena tuntutan zaman, gue berencana beli HP baru. Membuat janji pada
diri sendiri, pokoknya harus ada HP sebelum bulan Oktober. Bukan karena rasa
malu, tapi karena kebutuhan. Bukan karena anak zaman dan mengikuti kebutuhan
zaman, karena di dalam diri ada ego dan ego mengatakan, “Saya butuh HP!”.
Dua
hari sebelum Oktober. Gue membuat keputusan. Ini HP baru. Setelah dua bulan.
Sekarang itu dua hari sebelum Oktober, hari setelah dua bulan. Menyenangkan
sekali rasanya. Kembali berhubungan dengan alam maya.
*Ditulis masih sambil
dulanan HP baru.