August 26, 2011

Pulanglah.. pulanglah.. semua mengharapkan kau pulang

        Liburan telah tiba!! Selamat hari Lebaran bagi yang merayakannya dan selamat menikmati jalan raya Jakarta bagi yang tidak pergi kemana-mana!! Saya sebagai orang yang senang pergi dan traveling tentu saja pergi. Tetapi sayangnya, saya tidak pergi kemana pun di Indonesia. Saya pergi ke luar negeri. Lumayanlah, refreshing yang menyenangkan di luar kota Jakarta dan negeri ini. Kali ini saya tidak akan membahas tentang jalan-jalan saya. Saya hanya ingin berpesan saja pada orang-orang yang tinggal diam di kota Jakarta dan para pemudik yang belum pergi.
       Jakarta merupakan Ibu Kota dengan wilayah yang kecil dan penduduk yang padat. Saking padatnya, hampir tidak ada ruas jalan yang tidak macet, oleh kendaraan maupun pejalan kaki. Saya tidak mengerti, mengapa jumlah orang-orang yang urbanisasi selalu meningkat tiap kali setelah lebaran. Tidak bisakah angan-angan akan gemerlapan ibu kota itu ditahan? Baru kemarin, teman saya yang (juga) tiap hari pulang pergi sekolah naik kereta api bercerita kepada saya, dia mengatakan kalau dia melihat sebuah spanduk di Jatinegara bertuliskan sindiran kepada orang-orang yang ingin mudik. Spanduk itu tertulis ‘Selamat jalan bagi para pemudik, semoga selamat sampai tujuan. Sampaikan pada sanak saudaramu, di Jakarta itu susah kerja dan cari makan’. Ketika saya mendengar itu saya langsung setuju terhadap kalimat itu, tetapi teman saya yang lain berpendapat beda. Dia bilang kalau sebenarnya di desa lebih kecil kemungkinan untuk hidup dibandingkan kalau mereka pindah ke Jakarta, karena paling tidak mereka bisa hidup dan makan disini, kalau di sana sedang musim kemarau dan tidak ada panen, bisa dipastikan mereka akan mati karena busung lapar dan penyakit-penyakit kurang makan lainnya. Mendengar itu saya mulai berpikir ulang.
          Jakarta adalah kota besar yang memberikan banyak harapan cemerlang untuk pendatang dari kota-kota kecil, khususnya dari pula Jawa ini.Di pulau Jawa, kota-kota kecil atau desa-desa itu memang sangat terpuruk dan hampir tidak terawat kebersihan dan kesehatannya. Hanya ibukota propinsi yang paling makmur. Lalu, bagaimana kita menyejahterakan dan memakmurkan kota-kota kecil itu? Saya pikir cara transmigrasi sudah kuno dan agak susah dijalankan. Orang sudah terlena dengan kenyamaanan yang ditawarkan kota besar. Cara yang mungkin kita dan pemerintah lakukan adalah meyakinkan orang-orang yang tinggal di desa-desa itu, bahwa kota besar tidak lebih baik daripada desa mereka. Kota besar akan lebih kejam dan akan membuat mereka lebih menderita. Mungkin lama-lama mereka akan terbiasa, tetapi bukan terbiasa yang akan membuat mereka jadi makin hati-hati, tetapi malah menjadi ikutan jahat. Karena sudah tidak kuat akan kerasnya kehidupan kota besar, maka mereka mulai merampok, mencuri, atau memalak. Angka kriminalitas kemudian meningkat dan lagi-lagi warga masyarakat kota-kota besar yang akan menderita. Lebih baik mereka tetap tinggal di desa mereka masing-masing dengan jaminan pasti kalau mereka akan mempunyai hidup yang lebih baik di desa.
        Lebih baik mati lapar daripada hidup kenyang dan berdosa. Hidup di dunia ini sama sekali tidak ditentukan oleh tangan kita. Tuhan yang mau kita hidup atau kita mati. Tuhan yang berhak mengambil dan memberi. Jadi, kalau Tuhan berikan kita makanan atau berkat apa saja kita patut bersyukur, tetapi kalau tidak jangan bersungut-sungut dihadapan Tuhan kita, karena Tuhan tahu apa yang kita butuhkan lebih daripada kita. Jadi, bersyukurlah bagi kamu yang tidak tinggal di kota besar. Di Jakarta saya sudah pernah kena palak empat kali, di copet juga sudah pernah, pokoknya yang buruk-buruk saya sudah pernah coba. Saya bukannya mengusir para pendatang untuk kembali ke kotanya masing-masing, tetapi saya sangat-sangat menganjurkan kalian untuk pulang. Ini demi kebaikan kita bersama. Saya yang di Jakarta tidak macet, para pendatang sekalian bisa pulang dan bisa membangun desanya masing-masing. Saya tahu betapa susahnya hidup di desa, saya juga sudah pernah. Tetapi, kalau kalian semua percaya ada Tuhan yang selalu menyertai kita, pasti semuanya jadi terasa ringan-walau pasti ada beratnya juga. 

August 21, 2011

Mengerti sebelum mencinta

                Senang, bahagia, seolah seperti mendapatkan segala sesuatu yang kita butuhkan di dunia yang susah ini. Kita merasa sudah ada di awang-awang. Semangat hidup meningkat drastis dan makin rajin mengerjakan segala sesuatu. Makin rapih dalam berpakaian dan juga menata barang-barang milik pribadi. Suasan hati berubah menjadi makin baik terus-menerus secara bertahap. Dan lama-lama seperti orang gila yang bisa senyum dan tertawa sendiri kalau imajinasi sudah tidak bisa dikontrol. Sedang jatuh cinta, katanya.
                Selalu indah rasanya. Manis. Tidak pernah sekalipun pahit. Menyenangkan. Bagaimana tidak? Kita baru saja bertemu dengan seorang yang sangat perhatian kepada kita, sangat baik, dan penuh cinta kasih. ‘Dia mengerti saya dan saya mengerti dia, itu yang paling membuat saya makin cinta dia’ itu kata teman yang menempuh jenjang SMP bersama-sama dengan saya selama 3 tahun. Saya tentu saja setuju dengan pernyataan teman saya tersebut. Tidak banyak orang yang benar-benar bisa mengerti perasaan kita, bahkan terkadang orangtua kita pun bisa salah, bahkan lebih parahnya lagi kita sendiri terkadang tidak mengerti apa maunya kita sendiri. Dan alangkah senangnya ketika kita bertemu dengan seseorang yang bisa mengerti perasaan kita yang seringkali aneh. Lebih senang lagi kalau kita juga bisa mengerti perasaan orang itu. Jadi, ini bukan hanya kita yang menuntut untuk bisa dimengerti, tetapi kita juga menuntut diri kita sendiri untuk bisa mengerti orang yang kita sedang jatuh cinta kepadanya. Pertemuan seperti inilah yang akan membuat kedua orang yang bersangkutan bisa saling jatuh cinta. Proses timbal balik itulah yang akan menjaga keterikatan mereka. Keterbukaan diri dari masing-masing pihak memungkinkan ini semua untuk terjadi.
                Masalahnya, pertemuan seperti ini jarang-jarang terjadi. Karena, banyak orang jatuh cinta dengan alasan yang salah. Banyak dari mereka yang jatuh cinta karena uang, mereka bukan jatuh cinta kepada orang yang mempunyai uang itu, tetapi mereka jatuh cinta kepada uang yang dimiliki orang itu. Ada juga yang jatuh cinta karena popularitas, mereka jatuh cinta terhadap orang yang beken disekolah itu atau orang yang paling dikenal di suatu wilayah tertentu, kalau kita bisa pacaran dengan orang itu kita juga bisa ikut terkenal.  Sepertinya kasus-kasus yang tadi adalah kasus yang terlalu parah. Bagaimana dengan kasus yang ringan-ringan? Kenapa bisa ada kata ‘putus’ dalam berpacaran, padahal sewaktu bertemu pertama kali rasanya seperti bertemu surga, tetapi kenapa diakhiri dengan neraka yang begitu panas?
                Pertanyaan itu saya jawab begini, itu karena kamu menuntut tetapi kamu tidak mau dituntut balik. Kamu seringkali menuntut pacarmu untuk mengerti dirimu, tetapi kamu tidak pernah mau mengerti apa yang terjadi dengan perasaan pacarmu. Atau, kamu sudah berusaha untuk mengerti pasanganmu tetapi dia tidak mau membuka diri dan merahasiakan apa yang terjadi dengan dirinya, kalau sudah begini pasti kacau kebelakangnya.
                Saya tidak akan bercerita panjang-panjang layaknya seorang ahli percintaan. Tetapi, saya hanya ingin memberitahukan saja, kalau jatuh cinta itu butuh satu sikap saling mengerti. Sikap ini baru satu dari banyak hal lainnya. Tidak gampang untuk mengerti seseorang. Kamu harus punya segudang pengetahuan mengenai orang itu terlebih dahulu untuk mengerti dirinya. Dan pesan saya sekali lagi akan saya kumandangkan, pacaran itu tidak mudah, maka hati-hati pilih pacar, hati-hati berpacaran. Karena kalau cintanya terlalu tinggi, nanti jatuhnya sakit. Namanya juga jatuh cinta.

August 19, 2011

Hati-hati sakit hati..!!

                Sakit hati itu sangat sakit. Kita hampir tidak bisa mengerjakan apapun karenanya. Lebih sakit dari pada sakit gigi, lebih mematikan dari pada sakit kanker, lebih menusuk dari pada panah. Sakit hati bisa membawamu ke pengealaman yang lebih mengerikan dari pada vonis HIV, rasanya seperti mencicipi setengah rasanya neraka. Seolah-olah tidak ada lagi orang yang bisa kamu peluk saat itu. Kehadiran seorang teman tetap tidak akan membuatmu bahagia saat itu, kecuali si ‘dia’ kembali kepada hangat pelukmu. Napasmu akan terasa memberat, jantung berdegup kencang, dan kepala pusing. Matamu akan sembab karena tangisan. Suaramu akan serak. Badanmu akan kaku seluruhnya. Tidak bisa berpikir menggunakan akal sehat.
                Dugaan-dugaan tidak masuk akal mulai muncul. Pikiran-pikiran jahat mengalir didalam otakmu. Keinginan dan hasrat untuk mencabut nyawa membesar. Atau bahkan lebih kacau lagi, kamu ingin mencabut nyawa orang yang menyakiti hatimu. Kamu akan memporak-porandakan sekitarmu untuk menutupi kenyataan bahwa kamu sedang sakit hati. Melampiaskan semua kemarahan pada teman-temanmu atau seisi rumahmu. Sedih sendiri.
                Inilah sakit hati. Ini akibat dari berpacaran. Akibat mempercayai orang yang ternyata tidak bisa dipercaya. Saya tidak bilang jangan berpacaran, saya tidak menakut-nakuti kalian mengenai mempercayai orang. Saya hanya mempersiapkan kalian, supaya nanti ketika kalian sakit hati, kalian siap menghadapinya dan tidak melakukan hal-hal bodoh. Agar kalian sadar, bahwa masih banyak hal yang masih bisa dilakukan setelah itu. Masih banyak orang yang mau menjadi pacarmu. Pendeta saya sekali waktu berkata ‘Kalau patah hati jangan gila.. tetapi lagi’.
                Siapkah kamu menghadapi hal ini? Punya nyalikah kamu? Inilah dunia yang pahit. Dunia menawarkan cinta dan kepercayaan, tetapi seiring berjalannya waktu kamu akan bisa membedakan mana yang bisa dipercaya mana yang tidak, walaupun harus dengan cara sakit hati.
                Saran saya, sakit hati jangan disimpan. Teman baik saya pernah berkata ‘Mendingan lu tonjok muka itu orang trus lu minta maaf, daripada kesel disimpen di hati’. Tetapi, menurut saya lebih baik, hatik-hati percaya orang, hati-hati pilih pacar, jadi lebih tenang. Mencegah itu lebih baik dari pada mengobati, apalagi urusan sakit hati. Pahit! 

August 18, 2011

Berelasi Itu Sulit..!!


                     Pacaran itu susah lho! Asli, sumpah, beneran! Kalo kamu adalah orang yang belum pernah pacaran kamu harus tau dulu, pacaran itu susah. Memang sih, tidak bisa disangkal kalau pacaran memang indah, menyenangkan, dan manis. Tetapi, dibalik semua itu ada tuntutan dari kedua pihak untuk saling menuruti keinginan satu sama lain. Sebenarnya, bagi yang laki-laki berubah dari yang tadinya jorok, pakai baju berantakan, dan kliatan jelek pokoknya menjadi rapi-rapi, wangi parfum yang semerbak, rambut jadi dibuat seperti model yang sedang trend adalah respon dari tuntutan sang pacar agar tidak malu-maluin dan ada yang bisa dibanggakan. Setelah tiga bulan berpacaran, mulailah tuntutan-tuntutan itu dienyahkan dan yang laki-laki bisa sedikit kembali kepada habit-nya semula. Tetapi, begitu tuntutan itu tidak dipenuhi, tentu sang pacar akan marah. Lama kemudian setelah marah-marah yang besar, putuslah hubungan itu. Dan putus itu bisa menumpahkan air mata yang mungkin lebih banyak dibandingkan kalau melayat keluarga meninggal. Sakit hati, pikiran penuh, dada terasa sangat sesak karena diputusin pacar. Jadi, bersiaplah untuk menghadapi hal-hal seperti diatas sebelum nekat bermimpi pacaran yang indah, karena sakit hati itu sakit.
                Sebenarnya, bagi saya yang sudah mencicipi manis-pait dunia percintaan, lebih baik ditolak daripada dibuang (red=diputusin). Karena, begitu kamu dibuang kamu biasanya kamu menyesal dan mengatakan ‘lebih baik ditolak aja waktu itu kalau tau begini’. Kalau kamu pernah mengalaminya pasti kamu lebih mengerti perasaan ini.
                Yang saya mau katakan kali ini adalah jangan sembarangan mau pacaran. Jangan sampai kamu pacaran karena liat orang lain atau lihat di film-film kalau mereka pacaran itu terlihat sangat menyenangkan trus kamu mau ikut-ikutan. Atau lebih parahnya lagi kalau kamu pacaran hanya karena teman kamu yang menjodoh-jodohkan kamu. Jangan sampai seperti itu, kamu belum siap nangis nantinya. Bukannya saya mendoakan agar teman-teman sekalian putus dengan pacarnya masing-masing dan membuktikan apa yang saya katakan, tetapi jarang sekali percobaan pertama pacaran berhasil sampai menikah nanti, apalagi kalau kita masih SMP/SMA. Yang paling penting adalah kamu siapkan mental kamu dulu, baru bisa pacaran serius. Dan lagi, kita pacaran harus pacaran yang bener, kalau tidak serius dan model pacaran yang ngumpet-ngumpet dan enggak bener, biasanya nantinya kacau.
                Intinya dari yang kalian sudah baca, pacaran adalah hal yang serius dan berat!-padahal pacaran itu ngapain aja kita belum tau.... :p

August 17, 2011

Corat-coret Agustusan: 17 Agustus 1945, tidak biasa



Bukan tanggal dengan kombinasi angka yang indah

Bukan tanggal yang penuh dengan keberuntungan dari perhitungan astronomis
Bukan tanggal yang pernah kita harapkan sebelumnya
Tetapi juga bukan tanggal yang tidak istimewa
Ini tanggal yang dirayakan dua ratus juta umat manusia

Satu hari agung yang selalu meriah dan penuh dengan keceriaan
Satu hari yang penuh kebanggaan akan negara kita
Satu hari dengan satu kepuasan akan mimpi yang sudah tercapai
Ceria, bangga, dan puas menciptakan sejarah baru di negeri ini

Satu Bulan dimana kita berpesta merayakan kemenangan
Satu Bulan dimana kita mengenang kembali apa yang terjadi puluhan tahun lalu
Satu Bulan kita bersama-sama memikirkan apa yang harus kita lakukan untuk masa depan
Kemenangan, kenangan, dan masa depan negara kita, Indonesia

Tanggal, hari, dan bulan yang penuh makna
Tanggal, hari, dan bulan yang kita banggakan akan sejarahnya
Tanggal, hari, dan bulan yang memberikan kita identitas penting di dunia ini
Identitas kita yang bersejarah dan penuh makna, itu yang kita perlu

17 Agustus 1945. Luar Biasa.

Corat-coret Agustusan: Upacara? Apa tuh? Penting ya?



‘Besok ada upacara nih..’
‘Ha? Ngapain? Enggak penting banget?’
‘Emang nih.. tapi mau gimana lagi? Bikin hari senin makin buruk aja.’

                Beberapa dari antara kita mungkin masih terbiasa dengan istilah ‘I hate Monday’, bahkan mungkin masih ada di antara kita yang masih memegang teguh motto itu. Hari senin memang adalah hari yang paling macet, hari yang sibuk, dan juga hari yang melelahkan. Apalagi, bagi kita yang masih pelajar atau seorang guru di sebuah sekolah, pasti hari senin adalah hari di mana sekolah kita mengadakan upacara bendera.

                Seperti biasa, upacara bendera pakai pakaian lengkap, dasi, topi ikat pinggang dan seragam putih-putih. Lalu, berjalan ke lapangan dengan muka lesu dan seolah-olah seperti tercantum tulisan ‘GUE MALES’. Dan kemudian berjalanlah upacara bendera pagi hari ini.

                Upacara yang benar-benar tidak benar ini sedang berlangsung. Protokol/pembaca acara upacara bersuara serak-serak basah, lalu kelompok paskibra mengibarkan bendera pusaka yang kita bangga-banggakan itu dengan terbalik, nyanyian lagu kebangsaan Indonesia Raya yang diselingi dengan suara sumbang namun lantang (atau malah hampir tidak ada suara karena kebanyakan malas bernyanyi), kemudian pembacaan UUD ’45 yang sudah sangat sering dikumandangkan dan sangat membosankan tidak diperhatikan oleh kebanyakan peserta upacara. Tetapi, Kalau pembacaan pancasila dan janji siswa masih baik-baik saja, karena siswa harus ikut membaca bersama. Nah, setelah semua acara-acara yang sangat-sangat kacang itu sudah selesai, giliran acara yang paling tidak disukai oleh segenap perserta upacara pada saat itu, yaitu Amanat kepala sekolah. Bagian ini adalah bagian yang paaaaaaliiiinggg lama dan  tidak akan membuat peserta upacara berubah ketika ditegur. Dan setelah penderitaan berdiri yang cukup panjang untuk mendengar amanat yang lama itu, akhirnya selesai juga. Bubar dan selesai sudah upacara pagi itu dengan keringat berceceran. Dan hampir semua siswa dalam sekejap lupa apa yang baru saja di amanatkan kepala sekolah mereka.

Akan begini teruskah upacara bendera yang dilaksanakan oleh sekolah-sekolah didalam negara ini? Bagaimana seorang rakyat Indonesia bisa bangga akan bangsa dan negaranya, kalau menyanyikan lagu kebangsaan saja tanpa kebanggaan sama sekali? Saya percaya, kita sebagai murid juga masih punya akal sehat untuk menentukan batas ketidakbenaran perilaku kita dalam bertindak. Tetapi, kenapa upacara bendera hampir selalu kacau, khususnya pada saat bernyanyi. Padahal, lagu kebangsaan Indonesia adalah nomor 3 terindah di seluruh dunia. Kita juga memiliki pancasila, filsafat negara kita yang bernilai sangat tinggi. Kurang apalagi kita untuk bangga menjadi orang Indonesia? 

Jangan lagi biarkan upacara menjadi hal  rutin yang kita lakukan setiap hari senin. Upacara bukan hanya sekedar rutinitas! Ini adalah bentuk penghormatan kita terhadap pendahulu dan pahlawan-pahlawan negara kita. Saya juga tau kalau kita semua sudah tau hal ini. Hanya saja, kita kurang menghidupi dan tidak peduli. Kita, khususnya sebagai orang Kristen seharusnya bersyukur punya negara yang sudah merdeka dan terus diberkati Tuhan hingga pada hari ini. Walaupun banyak masalah politik, kesehatan, kemiskinan, dan hal lainnya, tetap saja negara kita tidak separah Nigeria misalnya. Biarlah kita menjadi peserta upacara yang baik, karena ini adalah hal yang sangat mendasar untuk kita bisa mencintai Indonesia lebih lagi.