July 20, 2013

Bersama Dua Sepupu

                Seminggu sudah tinggal di Bekasi, sebuah tempat sub-urban  yang banyak pabriknya. Tidak beda jauh dengan lingkungan rumah, hanya lubang-lubang di jalannya aja yang lebih banyak. Di sini tinggal bersama dua anak kecil, ibu mereka, dan bibi yang sudah tua dan buta huruf. Lumayan, tidak buruk sama sekali. Makan, main playstation, tidur, dan mengurus dua anak kecil itu adalah kegiatan yang terjadi selama satu minggu ini. Rasanya seperti terisolasi dari luar.

                Kehidupan yang benar-benar berbeda selama satu minggu ini, kehidupan seorang baby sitter. Kalau ada yang suka nonton serial Amerika dan kebetulan mengetahui serial Melissa and Joey, pasti mengerti kalau saya kira-kira ada di posisi Joey. Hanya saja, anak-anak yang diurus Joey lebih besar.

                 Liburan yang cukup menyenangkan. Anehnya, makan-tidur seperti ini pun tidak membuat saya makin gemuk. Selama dua minggu sama sekali tidak berolahraga. Mungkin esok hari akan bermain tenis. Impian gue untuk jadi gemuk dan kekar tertunda jadwalnya selama dua minggu. Tidak berasa, kehilangan HP saja membuat rencana hidup bergeser begitu besar. Ditambah lagi dengan tidak bersekolah.

                Untuk sementara saya pikir hidup akan agak kacau. Meninggalkan banyak kegiatan, komunitas dan hal-hal penting seperti keinginan untuk potong rambut selama dua minggu sudah terlalu lama dan terlalu banyak yang terlewatkan untuk anak jalanan macam gue. Walaupun, sekali lagi, harus tetap berterima kasih pada teknologi sosial media yang membantu memonitor dari jauh.

                Ya hidup ini akan kacau terus kalau selalu mengeluh. Gue seneng bisa berada di antara dua sepupu yang banyak makan dan sering bertengkar. Mereka memberi kebahagiaan dengan cara yang berlainan, setidaknya berlainan dengan kombinasi yang bagus. Yang lebih tua itu anak yang kurus, lebih coklat dari yang muda dan agak seperti perempuan, misalnya bawel dan suka marah sambil teriak-teriak. Dia memberikan peran besar dalam menemani gue nonton TV. Dia bisa mengikuti serial-serial yang saya tonton dan tidak disangka-sangka dia juga mengikuti E!, khususnya sejauh hari ini saya tau dia mengikuti Giuliana and Bill. Saat gue sedang tidak menonton, yang lebih muda, dan lebih gendut, serta lebih putih dan jauh lebih pecicilan, menemani gue main bola di playstation.

                Saat makan adalah saat yang paling tidak menyenangkan bagi yang tidak makan, namun berada di sekitar mereka saat mereka makan. Waktu gue makan dan posisi duduknya berada di antara mereka berdua, mereka akan makan dengan tenang seperti biasanya. Di waktu yang lain, ketika saya sudah makan atau belum ingin makan, mereka akan makan dengan sangat lama. Yang mereka lakukan adalah antara ngobrol mengenai game dan film, atau bertengkar. Si adik yang biasanya menggoda kakaknya sehingga si kakak marah.

                Kegiatan seperti ini yang gue hadapi selama satu minggu. Merepotkan? Hm, tidak juga. Menyenangkan? Bisa dikatakan demikian. Andai saja ada satu lagi sepupu gue yang selalu bersama dari kecil, maka kami berempat akan meledakan rumah ini hanya dalam satu hari saja, maksudnya membuat porak poranda yang seru.

                Hidup bersama keluarga itu berkah. Kalau ngomongin berkah di bulan Ramadhan begini, mungkin bisa dikatakan ini berkah yang besar.

July 19, 2013

SD Pengecualian

                Setelah bertambah besar dan bertumbuh lebih dewasa, tanggung jawab lebih besar, dan lulus dari jenjang pendidikan menengah atas, Sekolah Dasar sepertinya tidak lagi signifikan. Setidaknya, begitu bagi kebanyakan orang. Menurut beberapa orang, teman-teman di SD tidak terlalu signifikan karena waktu SD masih polos, masih belum banyak yang bisa di­ceritakan bersama, belum terbentuk ikatan-ikatan yang kuat seperti ketika punya teman di SMA atau di kampus nanti. Pertemanan enam tahun di SD sama sekali tidak sebanding dengan tiga tahun di SMA.

                Tidak bisa dipungkiri, dalam kondisi apapun di seluruh dunia ini selalu ada pengecualian. Di jenjang yang seharusnya masih begitu polos, jenjang yang masih membingungkan soal perkalian pecahan dan cerita Si Pitung, ada anak-anak yang sudah tidak memikirkan itu lagi. Mereka sudah memikirkan kata-kata yang lebih sulit dan belum pernah diajarkan oleh guru mereka, seperti cinta atau pacar atau bahkan kata-kata yang lebih vulgar. Hal-hal seperti ini lazimnya dibicarakan saat anak-anak sudah menjadi remaja sekitar umur 14-17 tahun, bukan anak bocah 10-13 tahun.

                Selain masalah topik pembicaraan, memori persahabatan juga berkait soal permainan. Anak SD main tembak-tembakan dan kelereng, anak SMA main motor dan mobil. Waktu SD mainan, waktu SMA beneran. Walaupun begitu, sebenarnya dua-duanya sama-sama mainan. Yang lebih dari itu biasanya jadi anak nongkrong, seperti kata MTV. Tempat nongkrong bisa jadi satu tempat yang menjadi patokan ingatan-ingatan lainnya, karena pasti akan ada banyak cerita. Anak SD, biasanya belum nongkrong karena belum punya uang, belum boleh pergi-pergi ke tempat jauh. Namun, sekali lagi harus diingat, ada pengecualian.

                Pengecualian-pengecualian ini sebenarnya sedang tertuju pada SD gue sendiri dan pada angkatan gue juga. Perlu diketahui, cerita ini bukanlah hal yang dibanggakan, namun ini juga yang membuat kami (walau berpencar) tetap masih bisa berhubungan dengan (sangat, bagi beberapa) baik. Jadi, beberapa dari anak-anak ini sempat saling suka dan pernah sekian kali menyatakan cinta. Kita juga sering sekali pergi ke mall Arion. Biasanya di sana beli atau sekedar baca komik di toko gunung agung, makan di KFC, lalu yang paling aneh dari kegiatan anak SD adalah Photo Box.

                Mengenai Photo Box, tahun 2000-an awal Photo Box sedang booming. Hampir tiap kali waktu kita-kita ke mall, kita masuk ke Photo Box. Narsisnya kita waktu SD dulu mungkin akan dibilang alay hari ini, tapi sebagian besar normal. Biasanya hanya senyum lebar-lebar, melet ke samping, pura-pura musuhan, atau tangan metal/peace. Pernah sekali waktu, gue, Joshua, Joel sedang di Photo Box, lalu kami membuat pose-pose yang buruk dan tidak layak cetak. Untungnya, ada kesempatan kedua dengan memencet tombol yang sebelah kiri. Waktu itu, gue juga lupa ada apa, kita sepertinya sedang terburu-buru. Sulit untuk menentukan sebaiknya cetak atau meluangkan waktu lebih lama untuk foto ulang. Karena waktu untuk menentukan dihitung mundur, maka Joshua sebagai yang ingin memencet tombol panik. Akhirnya, ia memencet tombol untuk dicetak. Maka jadilah foto itu. Gue sendiri udah ga punya lagi fotonya. Setelah SMP, gue dan Joel juga pernah sekali Photo Box. Lupa di mana, tapi gue foto pake baju pramuka. Jadi itu pasti udah SMP.

                Jadi ini adalah cerita keanehan singkat yang terjadi waktu gue SD. Angkatan yang dibawah kita aja sepertinya ga melakukan hal-hal macam itu. Ini juga yang membuat teman SD masih signifikan. Jangan cap gue karena gue anak sosial dan akhirnya jatuh pada ekstrim SKSD, tapi sepertinya memang masih deket. Besides, sosial media membantu cukup banyak. Tetep aja, signifikan atau engga kan berdasarkan memori sama hati. Kalau sudah di umur yang sekarang, ngomongin soal hati jauh lebih pas.         
               

                                

July 17, 2013

Jadi Kreatif

Beda sekali rasanya dengan seperti waktu sekolah. Liburan memang panjang, banyak sekali yang terjadi. Hanya saja, itu semua tidak banyak terjadi dengan teman-teman bermain yang sama. Hal ini membuat kehidupan menulis menjadi membosankan. Tidak hanya saya sepertinya, teman-teman saya yang lain, yang baru lulus SMA, juga sepertinya mengalami hal yang sama. Setelah UN, mereka tidak post tulisan apapun yang baru di blog masing-masing.

Punya sekolah dan tidak adalah sesuatu yang besar bagi hidup. Setelah lulus sekolah, punya kerjaan atau tidak menjadi sesuatu yang besar bagi hidup. Karena apalah gunanya hidup kalau hanya berada di kamar, menyendiri dan bermain game. Itu sangat menyedihkan. Setidaknya, itu yang saya lakukan selama dua hari yang lalu, maka itu saya tau betapa menyedihkannya hal itu.

Terisolasi akan keadaan membuat ide tidak bisa keluar dari kepala dan bisa berdampak kematian atau kegilaan yang panjang. Itu juga menyedihkan.

Manusia harus terus bekerja. Harus terus berjalan-jalan ke luar sana. Berada di rumah bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Tidak ada yang benar-benar menyukai hal ini. Dunia luar jauh lebih menyenangkan. Ada banyak hal yang bisa dipikirkan sampai otak mau meledak. Itu pun sebenarnya jauh lebih baik daripada tidak memikirkan apa-apa, walaupun dampak kematian dan kegilaan jangka panjangnya sama saja.

Kamar sempit. Dunia ini luas. Jakarta sempit (sekali). Sekali lagi, dunia ini luas. Sekolah tidak hanya ada di satu kota, begitu juga dengan pekerjaan, rumah, pasangan hidup dan banyak hal lainnya . Dunia sekarang ini butuh orang yang kreatif, dan untuk menjadi orang yang kreatif butuh ruang yang luas. Bukan hanya ruang secara fisik, tetapi juga secara pikiran. Sesekali bersikap egois untuk menemukan satu ide yang cemerlang, tidak memikirkan apapun atau siapapun, hanya diri dan juga ide yang brilian.

Jika itu semua membuat diri tidak memiliki banyak teman atau bahkan dimusuhi, maka berhentilah dan mulai berteman. Karena kekreatifan juga dimulai dari orang-orang di sekitar kita.



Sekedar Curhat Sebagai Penulis

                Setelah berusaha untuk menulis kembali, halangan langsung datang. Sangat berat untuk dilalui. Sudah ada 3 draft yang saya tulis untuk di-post dan masih tersimpan baik di my document. Luburan memang tantangan tersulit. Membuat malas merajalela dan main menjadi sangat mengayikkan.

                Blackberry yang hilang juga sempat membuat frustasi. Akhirnya terjebak di rumah dan tidak bisa keluar. Memang aneh sekali kejadian Blackberry yang hilang ini. Biar saya ceritakan. Saya tiba di rumah tante saya, sepulang dari Bandung. Lalu saya pergi ke atas untuk ke kamar mandi, sambil membawa Blackberry, lalu saya turun lagi kebawah (masih dengan memegang Blackberry) dan berdiri di dapur. Suasana sedang sibuk karena hujan turun deras dan ada banjir di depan rumah yang harus dihalangi. Setelah itu, saya lupa di mana Blackberry itu saya letakkan dan sampai hari ini masih dicari.

                Mengerikan sekali apa yang terjadi di sekitar saya. Apakah benar ini setan yang menggoda atau hal lain, tapi apapun itu, saya sepertinya tidak penuh persiapan menghadapinya.

                Mempunyai waktu sendiri untuk menulis juga adalah hal yang sulit. Bukan karena berada di tempat yang ramai, tetapi karena sudah ada dunia maya, Facebook dan Twitter membuat kepala menjadi ramai. Selalu terjatuh dan akhirnya terus menerus scroll ke bawah untuk melihat post atau tweet orang lain.

                Akhirnya, hanya curhat semacam ini yang keluar dari kepala. Saya pikir, ini semua bisa jadi pelajaran. Untuk menulis itu dibutuhkan tekad dan juga waktu untuk sendiri. Sebisa mungkin matikan internet, taruh jauh2 smartphone (sebisa mungkin dibuat agar LED tidak menyala, karena itu akan menarik mata sehingga tangan rasanya ingin mengambil), dan jangan nyalakan musik keras-keras. Otak harus bekerja dengan lancar dan jari-jari harus mengetik dengan cepat.

                Setelah ini, saya masih belum bisa janji kalau post yang keluar selanjutnya bukan hanya sekedar curhat. Ada 3 draft yang menanti, tapi belum tau kapan saya berniat untuk melanjutkan.  

                

July 10, 2013

Hai! Malas dan menulis kembali

                Sudah lama sekali sejak terakhir kali posting. Ada banyak sekali ide yang bersliweran keluar-masuk kepala, tapi sedikit sekali yang bisa ditulis. Kebanyakan ditulis di akun twitter. Seratus empat puluh kata yang singkat itu kadang-kadang harus diakali dengan berbagai macam cara untuk menyampaikan pikiran yang sedang terlintas tiba-tiba.

                Sulit sekali untuk saya menyimpan sendiri pikiran yang sudah terpikirkan. Rasanya sayang. Apalagi di memori manusia seperti saya yang prioritas daya ingatnya sempit (kebanyakan sudah diisi data film, artis, dan sepakbola).

                Saya sendiri akhirnya merasa bahwa kemampuan menulis saya menurun dan kemalasan saya bertambah. Sulit sekali untuk kembali disiplin setelah melepas kegiatan blogging karena ada UN, SBMPTN, SIMAK, dan yang terutama adalah karena ada liburan. Mulai bangun siang, mandi lebih siang lagi, makan pertama adalah makan siang, dsb.

                Pikiran yang kelelahan setelah dihajar tiga ujian ini pun akhirnya babak belur dan malas. Tentu saja saya tidak semudah itu menyerah. Berbagai usaha untuk kembali menulis terjadi, walaupun akhirnya gagal di tengah-tengah.

                Bukan hanya tiga ujian dan liburan saja yang membuat saya malas menulis. Terlalu sering berkomunikasi lewat messenger juga akhirnya membuat saya jadi malas. Rasanya, semua fokus pikiran sudah mengarah ke obrolan yang sedang terjadi. Pikiran-pikiran untuk ditulis hilanglah sudah. Yang ada hanya pikiran-pikiran untuk ditulis di kolom kecil beberapa messenger.

                Sebentar lagi saya (mungkin) akan masuk ke universitas. Kalaupun tidak masuk universitas, saya akan magang. Keduanya benar-benar membutuhkan keterampilan saya untuk menulis. Jadi intinya, saya akan mulai sibuk blogging lagi mulai sekarang. Karena dari sinilah disiplin menulis saya terkontrol, jumlah pembaca adalah motivasi untuk tetap menulis, dan tampilan blog yang gelap dan boring ini selalu menghibur saya.

                Semoga dengan begini, kerajinan untuk menulis (atau bahkan sebenarnya untuk bangun pagi) bertambah.

Hai!


-Ditulis di pagi hari pukul 08.58 ketika pikiran secerah matahari pagi dan mata masih segar memandang layar laptop mini ini-