January 12, 2012

Aku dan menulis 9

                Beberapa kali aku dan menulis membuat karya-karya yang lumayan bagus. Entah itu sebuah puisi, cerpen, cerbung, atau sebuah pantun. Aku sendiri tidak pernah merasa karya-karya itu jelek. Pasti tetap kubilang bagus, bagaimanapun jadinya.
                Belakangan ini menulis memberikanku beberapa buku bagaimana membuat karya yang bagus. Kebanyakan buku itu menuliskan dalam halaman-halaman awalnya untuk berlatih menulis cepat tanpa membaca ulang, mengoreksi, atau berefleksi. Ada satu buku yang bahkan menyebutnya ‘membuat karya sampah’.
                Akhirnya karena itu direkomendasikan oleh lebih dari 2 penulis, maka aku melakukannya. Aku berikan waktu 10 menit untuk diriku sendiri membuat karya bebas di atas sebuah kertas loose leaf berukuran A5 dengan sebuah pulpen.
                Tadinya aku ingin memakai computer saja, tetapi menulis melarangku karena aku akan bisa seenaknya menekan tombol delete. Padahal berdasarkan buku-buku yang sudah kubaca, tidak boleh ada koreksi. Yang penting cepat.
                Ini mengingatkanku akan pertemuan awal kami berdua. Dia merasukiku dan menulis dengan cepat di atas kertas seperti orang gila. Ya, kira-kira aku tahu sekarang maunya apa.
                Hasilnya, 1 lembar bolak-balik penuh. Sebelum menekan tombol start pada stopwatch aku sama sekali belum memikirkan akan menulis apa. Jadi kira-kira 1 menit aku habiskan untuk membuat sebuah ide di kepalaku. Ide pertama yang muncul di kepalaku itulah yang akhirnya aku tulis. Dan itu adalah cerita bagaimana orang yang tidak punya uang seharusnya tidak menilai rendah hidupnya.
                Setelah kubaca ulang, agak benar apa yang dikatakan salah satu penulis buku itu. Tulisan cepat ini memang hanya tulisan sampah. Ada beberapa paragraf yang kelihatannya adalah paragraf baru, padahal itu hanya pengulangan dari beberapa paragraf sebelumnya dengan kalimat yang berbeda. Ya, tetap saja bagus.
                 Tulisan-tulisan sampah ini makin lama makin banyak. Karena aku melakukan itu sekali seminggu, dan ternyata latihan ini memang sangat berguna. Tulisan sampah itu makin lama makin tidak sampah. Malahan ada beberapa yang terlihat seperti emas.
                Semakin sering aku melakukan latihan ini, aku menambah waktunya semakin lama. Jarak perubahan waktunya tidak terlalu terasa, hanya 2 menit tiap kali aku memperlama waktunya. Aku menambah waktu agar aku membuat tulisan itu dengan bagus dan terartur.
                Latihan ini terakhir kali kulakukan pada saat aku beranjak kuliah. Tak kusangka kesibukannya membuat aku malas sekali untuk membuat sebuah tulisan-tulisan cepat itu. Apalagi sebuah karya. Ini yang sedikit demi sedikit memisahkanku dari menulis.
                Kali ini bukan seminggu, bukan sebulan, tetapi hampir setahun lamanya aku tidak benar-benar membicarakan sesuatu kepada menulis.
                Kami makin lama makin terpisah, seperti tidak akan kembali lagi.