Waktu SMP ga pengen cepet2 lulus. Waktu SMA
selalu kira tiap UAS langsung lulus. Begini kalo SMP di P3 dan SMA di Calvin. Begitu
tweet saya beberapa jam yang lalu.
Hari ini adalah hari pengumuman UN anak SMP se-Indonesia. Saya
jadi mengingat-ingat kembali masa-masa SMP dulu. Ingat pertama kali MOS dan
memenangkan juara satu outbond dan
saya ketua kelompoknya. Ingat pernah satu kelompok sama Boan. Ingat saya pernah
nembak Renny dan Aline dalam satu hari yang sama gara-gara Ocep, dan dua-duanya
menolak saya mentah-mentah. Ingat juga saya selalu diolok-olok di kelas seni
rupa oleh Pak Setyo karena memang saya tidak bisa menggambar. Banyak deh yang diingat.
Sepertinya di SMP saya tidak
belajar apa-apa. Guru yang paling bisa dikatakan sukses untuk mengajar saya
adalah Pak Trilono, harus saya akui. Walaupun dia guru yang paling
menjengkelkan bagi banyak sekali murid seangkatan saya, tapi ajaran dia dan
hafalan-hafalan yang pernah diajarkan belum saya lupakan. Beliau pernah membuat
saya menangis di minggu-minggu pertama sekolah. Pernah juga saya ditendang bola
oleh beliau karena kesalahan bodoh saya. Ah, guru itu.
Sekarang di SMA saya merasa
seperti sedang belajar segala sesuatu. Segalanya menjadi penting rasanya. Baru
tau kalau tidak belajar itu namanya rugi. Dulu di SMP bilang yang penting dapet
ijazah, sekarang di SMA ijazah saja tak cukup untuk masuk universitas dambaan
segala provinsi di Indonesia.
Tapi, karena kehebatan Ocep
dalam mengajari saya urusan pacar-pacaran, belajar sambil pacaran pun bisa
jalan. Ajaran Ocep lebih hebat dari Pak Tri, mungkin.
Di SMP banyak hal yang baru
pertama kali saya lakukan. Seperti pacaran, merokok, naik motor, naik mobil,
berantem tonjok-tonjokkan, dan banyak lainnya. Di SMA tinggal melanjutkan saja
semua yang sudah saya pelajari di SMP, yang baik maupun yang buruk.
Hidup tidak semenyenangkan yang
orang bilang di SMA ini. Di SMA hidup lebih kompleks. Proteksi orangtua masih
tidak meregang, terkadang menguat. Di saat kegiatan meluas, kekang orangtua
yang masih lumayan kuat ini agaknya mengganggu. Yah, namanya juga anak muda,
mau secepat dan seliar kuda. Terlalu berbeda kehidupan di SMP dan SMA. Dulu
uang bisa berhamburan untuk apa saja dan kasih pinjam sana-sini, sekarang saya
harus jaga-jaga uang dan kadang pinjam sana-sini. Beda jauhlah.
Dulu-sekarang, intinya saya
masih akan terus jadi pelajar. Tapi, beda tempat, beda derajat, beda status,
beda kesulitan. Saya kangen SMP, muak SMA.