June 29, 2012

Komunikasi itu penting!


                Komunikasi itu penting.. Ting.. Ting! Bagi orang Kristen, berdoa itu nafas kehidupan. Karena dengan berdoa kita sedang menjaga dan menguatkan relasi kita dengan Tuhan. Kepada sesama manusia juga begitu. Supaya kita bisa saling berteman dan saling mengasihi satu sama lain, harus ada komunikasi yang baik satu sama lain. Tidak hanya untuk menjaga pertemanan saja, waktu sedang bertengkar pun harus bisa berkomunikasi dengan baik supaya ejekan, hinaan, dan cercaan bisa sampai dengan baik dan tepat sasaran. Tapi, saya tidak menganjurkan untuk hal itu.
                Miss-communication membuktikan betapa pentingnya berkomunikasi. Kalau kita miss-communication maka kita bisa masuk ke dalam pertengkaran atau kesalahan tindakan karena hanya salah dengar atau salah mengerti. Bagi yang pernah merasakannya, pasti lebih mengerti. Tapi, lebih baik jangan salah untuk mengerti.
               Nah, komunikasi itu selalu terjadi tiap detiknya. Bahkan ketika kita diam. Waktu kita berdiam diri dan tidak berbicara, organ-organ tubuh kita masih berkomunikasi. Kalau di otak, ada yang namanya neuron. Neuron itu adalah media komunikasi di otak. Neuron-neuron itu yang nanti mengkomunikasikan kerja otak ke organ-organ tubuh yang lain. Jadi membuat kita bisa bergerak, merasa, atau berpikir. Coba bayangkan kalau neuron-neuron itu tidak ada. Otak dan banyak organ lainnya tidak bisa saling berkomunikasi dan bekerja dengan baik.
                Tapi, kita tidak akan bahas soal biologi kali ini. Pesannya masih sama, komunikasi itu penting. Guru harus memikirkan bagaimana caranya mengkomunikasikan pikirannya kepada anak-anak murid supaya mereka mengerti hal yang sama dengan sang guru.
                Kalau kita nyasar sedikit dan bicara mengenai isu yang hot di remaja/pemuda, yaitu pacaran, komunikasi juga kunci penting untuk mempertahankan hubungan. Pembicaraan yang tidak di situ-situ saja, perilaku khusus, tatapan mata yang serius. Itu semua adalah contoh-contoh komunikasi yang baik dan perlu dilakukan, walaupun kadang masih malu-malu.
                Ya, beginilah kira-kira alasan saya ingin sekali masuk jurusan komunikasi sewaktu kuliah nanti. Saya ingin membuat media komunikasi kembali ke tujuannya dibentuk. Bukan untuk mengkomunikasikan hal-hal sampah dan tidak berguna, tetapi media komunikasi harus mengkomunikasikan hal-hal yang membuat manusia bergerak ke arah yang lebih positif.
                Oh iya, dan ngomong-ngomong soal saya masuk jurusan komunikasi sewaktu kuliah nanti dan saya kemudian menulis artikel ini, sepertinya itu sudah ditakdirkan dari sejak kecil. Coba sama-sama lihat foto serial yang disusun oleh ayah saya ini: