Komunikasi itu penting.. Ting..
Ting! Bagi orang Kristen, berdoa itu nafas kehidupan. Karena dengan berdoa kita
sedang menjaga dan menguatkan relasi kita dengan Tuhan. Kepada sesama manusia
juga begitu. Supaya kita bisa saling berteman dan saling mengasihi satu sama
lain, harus ada komunikasi yang baik satu sama lain. Tidak hanya untuk menjaga
pertemanan saja, waktu sedang bertengkar pun harus bisa berkomunikasi dengan
baik supaya ejekan, hinaan, dan cercaan bisa sampai dengan baik dan tepat sasaran.
Tapi, saya tidak menganjurkan untuk hal itu.
Miss-communication membuktikan betapa pentingnya berkomunikasi.
Kalau kita miss-communication maka
kita bisa masuk ke dalam pertengkaran atau kesalahan tindakan karena hanya
salah dengar atau salah mengerti. Bagi yang pernah merasakannya, pasti lebih
mengerti. Tapi, lebih baik jangan salah untuk mengerti.
Nah, komunikasi itu selalu
terjadi tiap detiknya. Bahkan ketika kita diam. Waktu kita berdiam diri dan
tidak berbicara, organ-organ tubuh kita masih berkomunikasi. Kalau di otak, ada
yang namanya neuron. Neuron itu adalah media komunikasi di otak. Neuron-neuron
itu yang nanti mengkomunikasikan kerja otak ke organ-organ tubuh yang lain.
Jadi membuat kita bisa bergerak, merasa, atau berpikir. Coba bayangkan kalau
neuron-neuron itu tidak ada. Otak dan banyak organ lainnya tidak bisa saling
berkomunikasi dan bekerja dengan baik.
Tapi, kita tidak akan bahas soal
biologi kali ini. Pesannya masih sama, komunikasi itu penting. Guru harus
memikirkan bagaimana caranya mengkomunikasikan pikirannya kepada anak-anak
murid supaya mereka mengerti hal yang sama dengan sang guru.
Kalau kita nyasar sedikit dan bicara mengenai isu yang hot di remaja/pemuda,
yaitu pacaran, komunikasi juga kunci penting untuk mempertahankan hubungan.
Pembicaraan yang tidak di situ-situ saja, perilaku khusus, tatapan mata yang
serius. Itu semua adalah contoh-contoh komunikasi yang baik dan perlu
dilakukan, walaupun kadang masih malu-malu.
Ya, beginilah kira-kira alasan
saya ingin sekali masuk jurusan komunikasi sewaktu kuliah nanti. Saya ingin
membuat media komunikasi kembali ke tujuannya dibentuk. Bukan untuk
mengkomunikasikan hal-hal sampah dan tidak berguna, tetapi media komunikasi
harus mengkomunikasikan hal-hal yang membuat manusia bergerak ke arah yang
lebih positif.
Oh iya, dan ngomong-ngomong soal
saya masuk jurusan komunikasi sewaktu kuliah nanti dan saya kemudian menulis artikel ini,
sepertinya itu sudah ditakdirkan dari sejak kecil. Coba sama-sama lihat foto serial
yang disusun oleh ayah saya ini: