February 4, 2012

To Whom I Loved

                Ada masanya untuk berpisah denganmu, wahai sahabatku. Dulu kita sering bilang kalau kita pernah bertemu sebelum sekarang. Waktu bersamamu dulu, aku hampir percaya reinkarnasi. Ketika itu kita masih naif. Berpikir seolah-olah kita tidak akan berpisah. Engkau yang tidak ingin kehilangan seorang sahabat dan aku yang terus meyakinkan diri kalau engkau akan jadi kekasihku. Bayang-bayang mimpi itu yang terus membuat tidurku pulas.
                Perbincangan-perbincangan kita tak pernah berhenti. Terlalu banyak titik-titik pertemuan antara aku dan engkau yang ingin dibicarakan. Antara aku dan engkau terlalu banyak hal yang ditemukan ditengah-tengah hidup kita.
                Saling bertanya dan saling peduli. Hal-hal yang terus membuat kita makin hidup tiap harinya. Melampaui oksigen, dulu keberadaanmu lebih kubutuhkan.
                Perbedaan kita tidak pernah menjadi masalah. Aku yang bebas dan engkau yang  terikat. Kita saling membangun satu sama lain. Tidak pernah ada masalah yang terlalu berarti. Pertengkaran tidak akan timbul dari perbedaan ini.
                Waktu itu, waktu pertama kali bertemu denganmu, aku pikir aku telah menemukan segalanya. Aku pikir dunia sudah terlalu kasihan kepadaku dan engkau adalah pemberian terakhir yang dunia ini bisa berikan terhadapku. Ternyata aku salah. Semesta alam tidak menginginkan kita untuk bersama terlalu lama.  Memang di dunia ini tidak ada yang abadi, tak ada yang kekal. Kita pn berakhir tragis.
                Sekarang, tidak ada apa-apa diantara kita. Hanya sebuah memori, yang kupikir hanya aku yang menyimpannya dan kau tidak. Pilu dan lebam rasanya hati ini ketika aku memutuskan untuk tidak berhubungan denganmu lagi. Sekarang, bertanya “apa kabarmu?” pun aku sudah tidak bisa.

-To whom that i loved-
Jakarta, February 4th, 2012