February 10, 2012

Inspirator sejak tahun '45

                Semenjak Indonesia merdeka, perjuangan-perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan banyak dilakukan di mana-mana dengan berbagai cara. Ada cara-cara dengan diplomasi dan juga ada cara-cara pemberontakan yang melibatkan angkatan bersenjata.  Tetapi tidak semua rakyat Indonesia bisa berpartisipasi dalam kedua cara tersebut. Kedua cara tersebut hanya dilakukan oleh orang-orang terpilih yang juga sudah terlatih. Lalu, rakyat biasa yang lain apakah hanya diam saja dan menunggu hasil? Tentu tidak. Ada hal-hal yang mereka kerjakan di dalam keahliannya masing-masing.
                Salah satunya seperti para seniman yang sekarang kita sebut sebagai ‘angkatan 45’. Mereka tidak berdiplomasi ke luar negeri, apalagi berperang. Mereka hanya seorang seniman. Kerja mereka hanyalah membuat karya seni seperti sebuah puisi, novel, lukisan, atau ukiran. Tetapi hebatnya, dengan hal-hal demikian mereka bisa ikut serta dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan juga membantu melegitimasi kekuasan Indonesia atas wilayah nusantara.
                Cara mereka adalah dengan membuat sebuah pernyataan kehebatan bangsa Indonesia atau anti-belanda di dalam karya mereka masing-masing. Chairil Anwar  dan puisinya, Pramoedya Ananta Toer dengan novelnya, Mochtar Lubis dengan berita-berita yang ditulisnya di media cetak saat itu, para pelukis dengan lukisan atau posternya, dan para pengukir dengan pantung-patungnya yang megah. Dukungan-dukungan semacam inilah yang juga menyemangati para pejuang lainnya yang berjuang lewat cara-cara yang lain.
                Karena pada saat itu Indonesia adalah negara yang baru, maka karya-karya seperti ini sangat membantu rakyat Indonesia pada saat itu mengerti arti kemerdekaan dan mengerti identitas diri sebagai seorang Indonesia yang sudah merdeka. Lewat karya-karya mereka, mereka ingin menyadarkan rakyat Indonesia kalau mereka sudah dalam kondisi merdeka dan mengajak rakyat Indonesia keluar dan merayakan serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia bersama-sama.
                Semangat seperti itulah yang harusnya dipertahankan sampai pada hari ini. Sebagai seorang siswa jurusan IPS yang suka menulis, saya juga ingin seperti seniman-seniman angkatan ’45. Lewat tulisan saya, saya ingin menyadarkan rakyat Indonesia sekarang kalau kita sudah dalam kondisi merdeka. Kita sudah tidak seharusnya terpuruk dalam kondisi politik dan ekonomi yang kurang tertata rapi. Rakyat Indonesia sepertinya sudah menyepelekan hal mengenai kemerdekaan dan sejarah kemerdekaan Indonesia, sehingga banyak yang tidak menghargai identitasnya sebagai orang Indonesia.
                Para seniman angkatan ’45 berhasil menjalankan misinya pada saat itu. Rakyat Indonesia bangun dan saling bahu-membahu dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kalau mereka bisa, saya juga tentunya harus bisa untuk membangunkan kembali rakyat Indonesia yang sedang dalam kondisi tidak sadar. Walaupun sumbangsihnya terlihat kecil, hanya sebuah buku, tetapi itu setidaknya sudah membuktikan saya peduli terhadap kondisi bangsa Indonesia sekarang.
                Semangat orang-orang itulah yang terus menginspirasi saya untuk terus maju dan terus menulis. Akhirnya menulis bukan hanya sebuah hobi. Tetapi itu juga menjadi sebuah cara untuk saya ikut berpartisipasi dalam mengisi kemerdekaan Indonesia, seperti yang sudah sering diucapkan dalam janji siswa setiap kali saya mengikuti upacara bendera.