February 15, 2012

Diam itu bukan emas.

Saya duduk diam dan tenang di dalam sebuah perpustakaan sekolah. Hanya saya dan penjaga perpustakaan. Kami berdua diam saja. Tidak saling berbicara. Saya harus duduk di sini kira-kira 90 menit sebelum akhirnya saya memutuskan ingin keluar. 


Saya hanya terduduk di depan sebuah laptop yang sudah terkoneksi dengan internet. Menorehkan banyak kata basa-basi di dalam program yang bernama Microsoft Word. Menyenangkan untuk orang yang senang menulis seperti saya. Ini memberikan saya banyak waktu untuk berpikir.


Kerasnya batu tidak akan lebih keras dari kepalaku yang hanya dilindungi tempurung tengkorak. Orang akan berkata A dan aku akan selalu punya B yang lebih baik. Tidak peduli kalau ternyata yang B itu salah total, yang penting aku bukan seorang yang suka ikut-ikutan. Aku tidak bisa diam.


Diam itu emas, kata-kata yang sudah sangat lama kita dengar. Aku tidak yakin. Ketika kita diam, kita tidak akan mendapatkan apapun. Diam itu perlu, tetapi bukan emas. Seharusnya lebih banyak waktu kita habiskan untuk tidak diam dan berbuat segala sesuatu yang bagus, daripada diam. Emas tidak bisa didapat kalau kita hanya terdiam. Diam itu bukan emas.