Bagi pembaca yang tinggal di
kota Jakarta, pasti mengerti akan kota Jakarta yang memaksa penduduknya untuk
berpikir cepat dan bertindak cepat. Kalau tidak begitu, maka tidak akan
bertahan lama hidup sejahtera di kota Jakarta. Misalnya saja begini, saya
adalah seseorang yang sehari-harinya naik kereta untuk pulang ke rumah, suatu
hari terjadi hujan badai dan di salah satu stasiun kereta pusat, gardu listriknya
tersambar petir sehingga jalur kereta api macet sebagian dan tidak dapat
berjalan seperti biasa. Dalam kondisi seperti ini, kalau saya tidak memikirkan
alternatif dengan cepat dan juga efektif, maka antara saya akan sampai di rumah
malam sekali atau tidak pulang sama sekali.
Sebagai makhluk sosial, jika
hanya kita yang berpikir dan bertindak cepat, kita masih tidak sejahtera. Kita
butuh orang lain untuk berpikir dan bertindak cepat untuk kita. Itu mengapa,
menjadi seorang sekertaris atau asisten bos besar adalah pekerjaan yang sangat
besar dan dihargai dengan gaji yang juga cukup besar.
Orang-orang yang biasanya kita
butuhkan untuk berpikir atau bertindak cepat untuk kita adalah orang-orang yang
kita percaya. Agak susah memang mencari orang yang dapat dipercaya di kota
metropolitan yang keras ini. Begitu mendapat
orang yang dapat dipercaya, pasti akan selalu ingin dengan orang itu. Inilah
yang menyebabkan kita menjadikan orang lain langganan kita.
Banyak hal yang kita lakukan
yang perlu orang-orang kepercayaan untuk melakukan hal itu untuk kita, dan
biasanya orang-orang ini bukan hanya dapat dipercaya, tetapi juga menguntungkan
dalam segi ekonomi. Selain bisa diprioritaskan saat dilayani, kita juga bisa
mendapatkan harga teman. Karena hal-hal ini, maka sistem berlangganan marak di
mana-mana dan dipakai oleh banyak toko untuk menarik pelanggan.
Segala hal bisa dibuat menjadi
langganan. Dari langganan pinjam uang dari bank hingga langganan teman
menyontek, dari langganan minum kopi di Starbucks sampai langganan cendol
samping Masjid, dari langganan naik taksi silver bird sampai tukang ojeg.
Semuanya serba langganan. Semakin sering kita membeli barangnya atau
menggunakan jasanya, maka kita akan semakin menjadi prioritas mereka dan dilayani
semaksimal mungkin.
Sebenarnya, bukan hanya mereka
yang merupakan langganan kita. Kita juga sebenarnya adalah langganannya orang
lain. Entah apakah itu langganan untuk dimarahi atau langganan untuk dipinjami
uangnya atau langganan untuk ditebengi mobilnya atau hal-hal lainnya.
Rutinitas hidup di kota konyol
ini tidak bisa lepas dari yang namanya berlangganan atau dibuat menjadi
langganan, bahkan tukang ojeg pun punya tempat langganan untuk minum es cincau.
Pernah menyadari hal ini?