October 12, 2011

Cerita Rakyat: Danau Toba (Versi Aldoo)

                Pada zaman dahulu kala, bahkan sebelum Hindu-Buddha datang ke Indonesia, adalah seorang nelayan di daerah Sumatera Utara. Nelayan ini hidup sendiri di desanya. Iya hidup begitu sederhana. Suatu ketika, ketika ia sedang memancing, ia menangkap seekor ikan mas yang sangat mengkilap warnanya. Sang nelayan pun sangat senang karena bisa mendapatkan sebuah ikan yang begitu bagus. Tetapi, ia tidak ingin menjadikan ikan mas itu sebagai pajangan atau hewan peliharaan. Ia bermaksud untuk memasaknya dan memakannya, karena ia tahu kalau ikan mas itu sangat enak rasanya.
                Dibawanyalah ikan mas itu ke rumahnya dan diletakkan di dalam sebuah ember besar. Ia pikir ia akan memasaknya besok karena ia sudah lelah untuk hari ini. Keesokan harinya ketika ia ingin membuat sebuah sarapan, ia teringat kembali akan ikan mas itu. Ia kemudian mengangkat ember itu ke atas meja agar ia dapat mengambil ikan itu dengan lebih mudah. Tetapi, tiba-tiba ada suara yang sangat merdu yang berkata kepadanya. ‘Jangan makan aku!’ Sang nelayan pun terkejut mendengarnya. Dia melihat-lihat sekeilling. Suara darimanakah itu? tanyanya dalam hati. Ia kemudian kembali lagi menaruh perhatiannya pada ikan mas itu. Ia tidak jadi memakannya karena sudah tidak enak lagi perasaannya, maka ia pun pergi bekerja sebagai nelayan dan meninggalkan ikan mas itu di rumah.
                Ketika hari mulai malam, sang nelayan itu kembali ke rumahnya. Ia tampak terkejut dan tercengang melihat isi rumahnya yang tiba-tiba rapih dan bersih. Ia bingung akan apa yang terjadi. Dilihatnya satu-persatu dari barang-barang yang dimilikinya, semuanya tertata rapih dan tidak berdebu. Masih dengan terheran-heran dan terus bertanya-tanya ia duduk dan tertidur.
                Pada pagi harinya, ia terbangun dan mendapatkan satu piring makanan sudah tersedia di depannya. Ia kembali terkejut. Kemudian datang lagi suara yang sama seperti dua hari yang lalu, suara yang merdu itu. ‘inilah balas budiku karena engkau tidak memakanku. Aku sudah membantumu dalam membereskan rumahmu dan menyiapkan makanan. Aku akan terus melakukan hal ini jika engkau tidak memakanku.’
                Kemudian berlututlah sang nelayan sambil menunduk. ‘Siapakah engkau hai dewi? Tunjukkan lah dirimu kepadaku.’
                ‘Aku akan menjadi istrimu senantiasa jika engkau berjanji tidak akan menceritakan darimana asalku kepada anak kita kelak.’
                Setelah suara itu berhenti, ember yang berisi ikan mas itu tiba-tiba bergetar. Makin lama makin kencang getarannya. Nelayan itu perlahan-lahan melangkah menjauhi ember itu. Tiba-tiba ikan mas itu lompat keluar dan perlahan-lahan bisa berdiri, lalu mulai tumbuh tangan, tumbuh tangan, wajahnya mulai terbentuk, tumbuh rambut, kemudian makin lama makin tinggi. Pada akhirnya ikan mas itu tumbuh menjadi seorang perempuan yang manis dan elok rupanya. Maka tersanjunglah nelayan itu. Ia terkagum-kagum atas kencantikan perempuan yang baru saja berubah dari ikan mas.
                ‘Aku bersedia menjadi suami yang baik, dan aku juga berjanji tidak akan menceritakan ini kepada anak kita kelak.’
                Maka hiduplah sang nelayan itu dengan istrinya dengan bahagia. Mereka kemudian mempunyai seorang anak laki-laki. Anak itu kemudian bertumbuh dan menjadi seorang anak remaja yang besar dan sehat.
                Suatu ketika anak itu sedang dalam perjalanan menuju ke pantai untuk menemui ayahnya dan memberikan bekal makan yang dititipkan oleh ibunya. Tetapi, di tengah jalan anak itu di ajak bermain bola terlebih dahulu bersama dengan teman-temannya. Maka bermainlah anak itu sampai petang. Ketika selesai bermain bola, maka anak itu pun lelah dan merasa lapar. Dia secara tidak sadar memakan bekal ayahnya yang sudah dititipkan ibunya. Selesai makan ia pun melanjutkan perjalanannya untuk bertemu ayahnya. Tetapi, anak itu memberikan tempat makan yang kosong karena sudah habis dimakannya. Maka marahlah nelayan itu kepada anaknya.
‘Aku berkerja bersusah payah demi kau dan ibu kau! Masakan engkau tidak bisa membawakan aku makanan untuk kumakan setelah aku berkerja bersusah payah? Dasar kau anak ikan! Perilakumu sama seperti hewan, seenaknya saja! Dasar anak ikan durhaka!’
                Maka menangislah anak itu dan berlari pulang ke rumahnya. Ia bertemu ibunya dan menangis dipangkuan ibunya. Anak itu kemudian menceritakan segalanya termasuk perkataan ayahnya.
‘Apa? Dia mengatakan hal itu? Dia sudah melanggar janjinya kepadaku, maka aku akan menenggelamkannya di tempat ini. Nak, larilah kau ke bukit yang ada di sana, carilah tempat perlindungan yang aman, selamatkanlah dirimu nak!’
                Dengan taat anak itu berlari ke atas bukit yang sudah di tunjukkan oleh ibunya. Langit menjadi gelap seketika, seperti akan hujan besar. Dari atas, anak itu melihat kalau ibunya sedang berbicara kepada ayahnya.
‘Suamiku, kau telah melanggar perjanjian kita! Aku tidak akan memaafkanmu! Aku akan kembali menjadi ikan dan tidak akan pernah bertemu denganmu lagi. Kau akan kubenamkan ditempat ini karena kesalahan yang telah kau perbuat.’
                Menangislah perempuan itu sambil diiringi oleh hujan besar yang kian deras menerpa desa itu. Perempuan itu lama-kelamaaan berubah kembali menjadi ikan mas seperti waktu pertama kali ditemukan oleh nelayan itu. Derasnya hujan menyebabkan desa itu banjir, dan banjir itu semakin lama semakin tinggi. Setelah hujan deras yang bergitu lama ini usai, tebentuklah sebuah danau yang mengelilingi bukit dimana anak dari ikan mas dan juga sang nelayan berada.
                Danau itu hingga kini dikenal dengan Danau Toba, dan bukit yang berada ditengahnya disebut sebagai Pulau Samosir, karena anak itu ternyata bernama Samosir. Hingga hari ini, penduduk sekitar masih mempercayai ketika bulan purnama tiba, ikan mas itu akan muncul di permukaan Danau Toba.