August 21, 2011

Mengerti sebelum mencinta

                Senang, bahagia, seolah seperti mendapatkan segala sesuatu yang kita butuhkan di dunia yang susah ini. Kita merasa sudah ada di awang-awang. Semangat hidup meningkat drastis dan makin rajin mengerjakan segala sesuatu. Makin rapih dalam berpakaian dan juga menata barang-barang milik pribadi. Suasan hati berubah menjadi makin baik terus-menerus secara bertahap. Dan lama-lama seperti orang gila yang bisa senyum dan tertawa sendiri kalau imajinasi sudah tidak bisa dikontrol. Sedang jatuh cinta, katanya.
                Selalu indah rasanya. Manis. Tidak pernah sekalipun pahit. Menyenangkan. Bagaimana tidak? Kita baru saja bertemu dengan seorang yang sangat perhatian kepada kita, sangat baik, dan penuh cinta kasih. ‘Dia mengerti saya dan saya mengerti dia, itu yang paling membuat saya makin cinta dia’ itu kata teman yang menempuh jenjang SMP bersama-sama dengan saya selama 3 tahun. Saya tentu saja setuju dengan pernyataan teman saya tersebut. Tidak banyak orang yang benar-benar bisa mengerti perasaan kita, bahkan terkadang orangtua kita pun bisa salah, bahkan lebih parahnya lagi kita sendiri terkadang tidak mengerti apa maunya kita sendiri. Dan alangkah senangnya ketika kita bertemu dengan seseorang yang bisa mengerti perasaan kita yang seringkali aneh. Lebih senang lagi kalau kita juga bisa mengerti perasaan orang itu. Jadi, ini bukan hanya kita yang menuntut untuk bisa dimengerti, tetapi kita juga menuntut diri kita sendiri untuk bisa mengerti orang yang kita sedang jatuh cinta kepadanya. Pertemuan seperti inilah yang akan membuat kedua orang yang bersangkutan bisa saling jatuh cinta. Proses timbal balik itulah yang akan menjaga keterikatan mereka. Keterbukaan diri dari masing-masing pihak memungkinkan ini semua untuk terjadi.
                Masalahnya, pertemuan seperti ini jarang-jarang terjadi. Karena, banyak orang jatuh cinta dengan alasan yang salah. Banyak dari mereka yang jatuh cinta karena uang, mereka bukan jatuh cinta kepada orang yang mempunyai uang itu, tetapi mereka jatuh cinta kepada uang yang dimiliki orang itu. Ada juga yang jatuh cinta karena popularitas, mereka jatuh cinta terhadap orang yang beken disekolah itu atau orang yang paling dikenal di suatu wilayah tertentu, kalau kita bisa pacaran dengan orang itu kita juga bisa ikut terkenal.  Sepertinya kasus-kasus yang tadi adalah kasus yang terlalu parah. Bagaimana dengan kasus yang ringan-ringan? Kenapa bisa ada kata ‘putus’ dalam berpacaran, padahal sewaktu bertemu pertama kali rasanya seperti bertemu surga, tetapi kenapa diakhiri dengan neraka yang begitu panas?
                Pertanyaan itu saya jawab begini, itu karena kamu menuntut tetapi kamu tidak mau dituntut balik. Kamu seringkali menuntut pacarmu untuk mengerti dirimu, tetapi kamu tidak pernah mau mengerti apa yang terjadi dengan perasaan pacarmu. Atau, kamu sudah berusaha untuk mengerti pasanganmu tetapi dia tidak mau membuka diri dan merahasiakan apa yang terjadi dengan dirinya, kalau sudah begini pasti kacau kebelakangnya.
                Saya tidak akan bercerita panjang-panjang layaknya seorang ahli percintaan. Tetapi, saya hanya ingin memberitahukan saja, kalau jatuh cinta itu butuh satu sikap saling mengerti. Sikap ini baru satu dari banyak hal lainnya. Tidak gampang untuk mengerti seseorang. Kamu harus punya segudang pengetahuan mengenai orang itu terlebih dahulu untuk mengerti dirinya. Dan pesan saya sekali lagi akan saya kumandangkan, pacaran itu tidak mudah, maka hati-hati pilih pacar, hati-hati berpacaran. Karena kalau cintanya terlalu tinggi, nanti jatuhnya sakit. Namanya juga jatuh cinta.