Semua orang di dunia ini, baik
laki-laki maupun perempuan, punya sisi maskulin dan feminin masing-masing.
Kadar kedua sisi itu berbeda-beda tiap orang. Ada perempuan yang
maskulinitasnya lebih besar daripada perempuan-perempuan lainnya, begitu juga sebaliknya
dengan laki-laki.
Saya, yang sepertinya memiliki
takdir hidup untuk selalu berada di sekeliling perempuan banyak (dan bukan
mainan perempuan maksudnya), agaknya menjadikan saya jadi banyak tau soal
perempuan, tapi itu tidak membuat saya jadi seperti perempuan. Hal ini saya tidak
hiperbola sama sekali. Saya berkali-kali berada di acara yang isinya banyak
perempuan semua. Dulu waktu kakak saya kuliah dan saya masih kecil (masih SD), saya
sering diajak berkumpul bersama teman-teman kakak saya yang perempuan semua.
Jadi, ya kira-kira bergitulah gambarannya.
Karena sejak kecil saja sudah
begitu, akhirnya saya menemukan ketertarikan-ketertarikan di dunia
perempuan-perempuan itu. Karena kebetulan waktu itu kakak saya dan
teman-temannya anak FISIP, jadilah saya hari ini ingin masuk di jurusan yang
sama dengan mereka. Ada banyak hal lagi yang menjelaskan kenapa saya begini
hari ini, macam kebawelan saya, ketertarikan saya dengan dunia tulis menulis,
kehebatan saya dalam merangkul wanita dengan muka unik begini, dan berbagai
macam hal lainnya.
Sisi feminin yang berkembang
bersamaan dengan sisi maskulin saya membuat saya bisa mengerti perempuan lebih
dari laki-laki biasanya tanpa kehilangan kelaki-lakian saya. Saya masih bisa
pakai celana jeans yang untuk perempuan, lalu membawa tas yang ada warna pink
di pinggirnya tanpa terlihat sebagai perempuan. This is what’s great from me!
Saya mungkin pernah manicure, tetapi saya juga pernah
berkelahi sampai berdarah-darah. Gaya bicara saya terkadang bisa dibilang
seperti perempuan, tetapi isi bicaraan saya laki-laki banget. Ya, pokoknya
hal-hal macam itu deh yang membuktikan
keseimbangan kedua sisi, feminitas dan maskulinitas, di dalam jiwa saya. Kamu
gimana? Sudah seimbang?