July 15, 2012

Pacaran dengan Stevani Widjaja 3


                Sudah 3 bulan. Perjalanannya makin dibuat susah dengan liburan panjang sekolah. Awalnya sih menyenangkan. Kami berdua (dan dengan segenap angkatan kami) pergi ke Lombok. Di sana kami lumayan banyak menikmati waktu-waktu berdua.

                Minggu kemudian, datanglah penyiksaan batin kepada si cewe. Saya (dengan senang) pergi meninggalkan dia ke Kupang. Pergi ke Kupang, yang jauh, tentu tidak akan secepat itu. Saya menetap di sana selama 7 hari. Berjalan-jalan ke sana kemari tanpa khawatir akan keberadaan yang di Jakarta, saya tetap yakin Tuhan menyertai dirinya dari godaan. Lebih kacau lagi adalah ketika 3 hari terakhir saya pindah tempat menginap dan sama sekali tidak ada sinyal. HP saya memang butut.


                Maka terdengarlah isak tangis dari Jakarta Raya sampai ke telinga saya. Tapi, namanya juga sudah malam, maka saya meneruskan tidur saya dengan lelap. Maklum, saya tidurnya sama orang yang suka ngorok, jadi suara tangisannya kecil sekali.

                Setelah pulang dari Kupang, saya langsung dipaksa pulang ke Jakarta. Padahal, tadinya saya mau ikut sepupu saya ke Bandung dan menginap selama 2 hari. Tapi, apa daya. Jadilah saya pulang ke rumah dan esok harinya bertemu si cewe.

                Tidak lama setelah hari itu, dibalasnya pula saya. Dia pergi ke puncak selama 5 hari dengan keluarganya. Tinggallah saya di Jakarta bersama dengan isinya. Sekarang saya hampir tidak ingat sama sekali dengan apa yang terjadi selama hari-hari itu.

                Setelah 5 hari dari puncak, kami harus menikmati kebersamaan kami dengan menjadi panitia MOS untuk anak murid baru. Acara pertamanya itu adalah camping di Bogor. Ya, lumayanlah. Di sana kami bekerja sama sebagai teman sekerja yang setara. Selama kami mempersiapkan bermacam-macam hal, tidak jarang kami mendengar beberapa guru (termasuk Ibu Kepala Sekolah) dan teman-teman yang lain menggoda kami dan mengelu-elukan (maaf, ga tau lagi kata yang lebih tepat).

                Persis setelah acara camping, si cewe dengan santainya meninggalkan saya ke Singapore selama 3 hari. Giliran dia yang susah berkomunikasi. Harus pinjam BB tantenya dulu untuk bisa online Twitter sebentar. Selebihnya tidak bisa apa-apa lagi. Kemudian, waktu si cewe ini pulang, saya menuliskan sebuah tulisan selamat datang dan saya kirim ke emailnya. Kata si cewe, dia langsung ga bisa tidur setelah baca.

                Oh iya, ada tambahan wacana. Hari sabtu kemarin (14 Juli 2012), ada dialog kecil antara saya dan papa saya B-)

Papa: Jadi gimana kamu sama Vani rencananya?
Aldo: *Dengan santai dan cool abisss* Ya, jangka panjang pa.
Papa: *Clingak-clinguk cari Mama*
Aldo: Kenapa? Papa baru sadar dia Cina? *masih santai*
Papa: Ya, kalo bisa orang Batak bang...

                Dialognya selesai sampai di situ saja. Mungkin Papa sama sekali tidak ada maksud rasisme. Papa sepertinya sedang sadar kalau saya tinggal anak satu-satunya dan laki-laki pula. Kakak saya yang perempuan sudah diambil orang Inggris, lalu saya? Tidak salah kalau Papa ingin saya sama orang Batak. Tapi, saya lebih tidak salah kalau jatuh cinta sama orang Cina.