April 6, 2012

Pacaran dengan Stevani Widjaja

                Baiklah, aku mengaku salah.
 Kalau ada yang ingat dan ada yang pernah membaca post saya mengenai ulang tahun Stevani Widjaja yang ke-17, ada pernyataan yang saya akui saya salah. Di paragraf ketiga, saya tulis begini:  Nah, Vani ini cukup cantik. Karena kalau cantik sekali, pasti cerita di sini akan jauh berbeda. Ternyata ceritanya tidak beda-beda amat.
                Akhirnya di bulan Maret kami memutuskan untuk saling mendampingi. Maksudnya belum menikah, kalian juga pasti tahu maksudnya apa. Walaupun memang pacaran, harusnya, ujung-ujungnya menikah. Tapi, mari tidak bicarakan itu, masih lama juga kok.
                Waktu hal ini terjadi, saya, teman sebangku saya, teman sekelas, teman-teman dekat saya, semuanya heran. Saya ini bisa dibilang cukup kacau dulu hidupnya waktu SMP, saya sudah berpacaran kira-kira 4 kali. Dan yang membuat mereka heran adalah betapa bertolak belakangnya sifat pacar saya dibandingkan dengan yang dulu-dulu. “Bertolak belakangnya itu ekstrem”, kata salah satu teman saya yang perempuan. Semenjak pacaran saya sering bilang begini ke Vani, kamu itu kucing, pacar-pacarku yang dulu itu singa semua. Setelah mengatakan itu biasanya saya tertawa dan dia hanya bilang apa sih?!
                Perubahan yang ekstrem ini diterima secara wajar oleh teman-teman saya. Mungkin justru karena yang satu ini berbeda. Dia lembut, lambat, tapi tetap bertenaga. Ya kira-kira memang seperti kucing. Bukan yang liar, tetapi kucing rumahan macam kucing anggora dan yang mirip-mirip itu juga. Lebih kerennya lagi adalah kucing yang ini tidak mempunyai cakar. Kalau ada yang pernah nonton film Puss In Boots, dia adalah tokoh kucing perempuan yang tidak punya cakar melainkan tangan dengan jari-jari yang amat lembut. Saya mengatakan Vani mirip seperti itu karena katanya Vani, dia tidak bisa marah dan lagi dengan amat lembut dia mencuri hati saya sampai saya sendiri tidak sadar sudah tercuri (Ya, saya tahu ini gombal, but this is my universe and my rules applies here).
Nah, mari saya ajak lari ke tempat lain yang jauh hubungannya dengan kucing-kucingan. Ada satu hal yang membuat saya merasa, atau memang, sangat spesial. Saya, yang sudah pernah pacaran 4 kali, adalah pacar pertama dari perempuan satu ini! Entah senang atau apa, saya belum pernah punya pengalaman ini. Mungkin pernah sih dulu ketika saya pacaran dengan seorang bule dan saya adalah pacarnya yang orang Asia pertama kali. Rasanya jadi beken gimanaaa gitu.
Tidak hanya saya yang spesial. Ternyata dia juga spesial buat saya. Diluar dari sifatnya yang beda sekali dengan perempuan-perempuan yang adalah mantan saya, dia adalah orang yang tepat janji. Sebagai orang yang, ya bisa dibilang lumayan, sering menepati janji dan bertemu dengan seorang yang juga tepat janji terus, jadi saya sangat senang. Apalagi, kalau janjinya menguntungkan, saya makin senang.
Intinya adalah, kami berdua saling beruntung. Saya beruntung memiliki dia dan dia beruntung memiliki saya. Saya tidak mau sesumbar untuk tidak akan putus dengan dia. Tapi saya juga bukan orang bodoh yang hanya bisa bilang Let it flow and let us follow. Saya bilangnya, yang penting berjuang apapun yang terjadi jangan sampai hal bodoh memutuskan kami berdua. Jangan coba-coba tanya saya hal yang bodoh itu yang macam apa. Saya juga ga tau. Soalnya semua alasan  putus itu biasanya emang bodoh.