March 12, 2012

Pinjaman yang dikembalikan

                Beberapa orang yang tinggal di dunia ini bersama-sama dengan saya tahu kalau di dunia ini saya membuat 2 sumpah di hadapan semua orang. Salah satu sumpah itu adalah “Tidak akan memakai dan mempunyai Blackberry secara pribadi”. Pada akhirnya, beberapa orang itu tahu kalau saya menggagalkan sumpah ini pada tanggal 21 Januari 2011 di kota Medan.
                Awalnya, saya masih menyangkali. “Ini ‘kan cuman dipinjemin sama orang tua, bukan beli sendiri!” tapi lama-lama saya mulai mengganti segala settingannya menjadi mau saya sendiri, seperti Blackberry itu milik saya. Yang paling terlihat adalah mengganti nama bluetooth-nya menjadi ‘AldoBerry’. Itu sudah menjadi tanda kalau Blackberry itu sah punya saya pribadi, bukan lagi seperti dipijamkan.
Sudah satu bulan lebih saya memakai Blackberry bold ini. Sampai akhirnya tiba saatnya ketika saya harus berhenti. Ini adalah saat-saat saya dilanda dilema besar. Jadi ceritanya, Blackberry papa saya rusak mesinnya dan kalau mau ganti mesin akan mengeluarkan biaya yang besar. Akhirnya papa saya meminta saya untuk memberikan punya saya untuk dipakai papa saya, karena urusan bapak-bapak memang lebih penting dari pada urusan anak-anak.
Susah untuk lepas dari barang ini. Padahal saya baru memakainya satu bulan lebih, dan saya harusnya bisa dengan mudah kembali seperti kondisi saya semula dengan HP Nokia saya yang lama dan harus bawa laptop ke mana-mana untuk membuka e-mail dan chatting.
                Saya menimang-nimang Blackberry saya, untuk yang terakhir kalinya. Sambil menimang-nimang sambil berefleksi. Sebenarnya, saya memang tidak punya hak untuk barang ini. Apalagi saya sudah bersumpah untuk tidak mempunyai barang ini secara personal, harusnya saya bisa berikan segera ketika diminta, tetapi saya mengundurnya untuk beberapa hari dengan alasan back-up data dari Blackberry ke laptop.
                Sambil memindah-mindahkan data, saya sadar satu hal. Urusan Blackberry ini sama saja dengan hidup kita dihadapan Tuhan. Seluruh dari hidup kita ini adalah milik kepunyaan Tuhan. Tidak setitik pun yang bukan milik Tuhan. Kita kadang suka marah dan mengajukan protes kepada Tuhan ketika sesuatu atau seseorang diambil kembali oleh Tuhan dari sisi kita. Kita tidak sadar kalau semua itu bukan milik kita sepenuhnya, hanya dipinjamkan.
                Talenta, bakat, harta kita itu semuanya milik Tuhan, dan harusnya dipakai untuk memuliakan nama Tuhan saja. Ketika kita diminta Tuhan untuk menyerahkan segalanya dihadapa Tuhan, kita tidak boleh kabur atau protes. Walaupun sebelumnya kita bisa melakukan hal-hal hebat dengan itu, tetapi Tuhan mau apa yang menjadi milik-Nya kembali diserahkan kepada-Nya. Karena biasanya kita menggunakan apa yang Tuhan berikan kepada kita bukan untuk Tuhan tetapi untuk kemuliaan diri kita.
                Begitu juga dengan Blackberry ini dan saya. Selama ini saya pakai Blackberry untuk apa dan untuk siapa? Siapa yang beri saya kesempatan untuk punya Blackberry itu? Menghargai pemberian bukan hanya dengan mengembangkan pemberian itu, tetapi juga mengembalikannya ketika diminta, walaupun kita sudah mengembangkannya susah payah.