March 14, 2012

Laper

                Laper itu tidak enak. Dalam bentuk dan rupa apapun, Laper itu tetap tidak enak. Mau Laper makanan atau Laper ilmu sama saja, tidak enak. Laper bahkan tidak lebih enak dari pada pusing. Justru karena Laper maka jadi pusing kepala.
                Laper itu sesuatu yang nyata dalam hidup kita. Menyentuh pikiran, kehendak, dan emosi kita. Sedikit saja Laper, kadang masih bisa ditahan. Kalau Lapernya sudah menjadi-jadi, bisa gila kita dibuatnya. Kita bisa pusing, bisa makan makanan orang lain, atau bahkan bisa makan yang bukan makanan, atau bisa juga kita menjadi marah-marah.
                Kata orang kalau Laper sudah tidak bisa mikir. Aneh ya, yang kosong perut, yang tidak bisa kerja malah pikiran. Padahal kalau di kelas filsafat selalu ada pertanyaan yang akhirnya bikin Laper kita semua “apa itu pikiran?”. Kita memikirkan pikiran itu apa dengan pikiran kita dan akhirnya yang kosong perut, lho?
                Makan kenyang, nanti ngantuk. Tidak makan Laper, nanti  tidak bisa kerja. Manusia memang kebanyakan alasan. Mau makan yang pas, tidak bisa ditahan, alasannya masih Laper. Memang manusia banyak akalnya dan tipu muslihat.
Laper dibuat pura-pura tidak Laper supaya tidak gemuk. Kenyang dibuat pura-pura Laper supaya bisa nambah. Memang manusia sendiri tidak tahu maunya diri apa.
Egois bisa muncul kapan saja ketika Laper. Tidak peduli belum waktunya makan di sekolah, tetap curi-curi makan atau berusaha negosiasi dengan guru. Tidak peduli sudah waktunya makan siang di kantor atau belum, kalau bisa sambil melahap makan sambil bekerja.
Memang, Laper itu bikin kita jadi semena-mena. Bahkan lebih jadi lebih semena-mena daripada kebelet ke toilet. Hanya karena Laper, revolusi Perancis muncul. Bunuh sana, korupsi sini, jajah kemana-mana, hanya karena Laper.
Tidak ada hari tidak Laper. Mau bagaimanapun, Laper ya tetap Laper, kasihan kalau ditahan-tahan.