February 6, 2012

Saya suka AC Milan, dan juga Chelsea

                Saya dari dulu sudah suka bola. Pertama kali itu saya suka AC Milan, tim Italia. Waktu itu tahun 2004, saya masih ingat sekali. Saya kelas 4 SD. Pertama kali tau bola dan tim itu dari tante saya yang adalah adiknya mama saya. Tante saya itu suka main Winning Eleven, sebuah game Playstation bola. Karena dulu oma saya pernah buka rental PS, jadilah saya dan tante saya itu sering main di rumah oma saya. Karena waktu pertama kali belum tau apa-apa dan belum tau tim mana yang bagus, saya dipilihkan AC Milan. Sejak itu saya hapal nama-nama pemainnya. Saya juga mulai hapal posisi-posisinya. Terkadang, tante saya memilihkan saya yang lain, karena saya ini gampang bosan. Jadinya, saya kadang dipilihkan Chelsea.
                Semenjak itu, kalau cerita-cerita bola kepada teman-teman saya, saya selalu membela-bela Milan. Tetapi sayangnya, liga Italia jarang dibicarakan orang. Saya tidak punya banyak teman untuk membicarakan tim yang saya sukai ini. Mau tidak mau, saya juga lama-lama suka dengan Chelsea. Tetapi itu hanya untuk sementara. Sampai hari ini saya jauh lebih peduli dengan AC Milan, walaupun saya lebih sering menonton pertandingan-pertandingan Chelsea. Karena memang tidak banyak yang membicarakan liga Italia.
                Saya mulai sering menonton liga inggris sejak kelas 3 SMP. Sebelum-sebelumnya saya masih suka menonton liga Italia. Lama-kelamaan makin jarang dan berpindah mata ke liga Inggris.
                Akhirnya, saya bisa mengimbangi keduanya. Saya sudah jarang sekali menonton AC Milan, bahkan pada pertandingan besar seperti melawan Inter Milan atau AS Roma, tetapi saya selalu cek di www.livescore.com. Kadang saya kelewatan karena sudah terlalu malam jam tayangnya. Tetapi bagaimanapun saya masih tetap peduli.
                Di EUFA cup juga saya lebih mendukung AC Milan dibanding Chelsea. Sekarang keduanya sudah berada di 16 besar, dan kalau keduanya lolos ke delapan besar maka Milan akan berhadapan dengan Chelsea. Pada pertandingan itu, saya akan mendukung Milan jauh lebih besar dari pada Chelsea.
                Sebenarnya, tidak bisa dibilang terpaksa kalau saya menjadi fans Chelsea. Saya bukan terpaksa mencari tim agar bisa ikut berbincang-bincang mengenai bola. Saya juga fans Chelsea, tapi saya telah lebih dulu menjadi fans AC Milan, ini hanya masalah kesetiaan dan konsistensi.
                Sekarang, mari biarkanlah kedua tim mengadukan nasibnya di liga masing-masing dan di cup Eropa itu. Saya akan tetap menjadi pendukung setia di depan layar TV dan layar komputer. Saya cinta keduanya melebihi cinta saya kepada para pambaca sekalian! :D

February 4, 2012

To Whom I Loved

                Ada masanya untuk berpisah denganmu, wahai sahabatku. Dulu kita sering bilang kalau kita pernah bertemu sebelum sekarang. Waktu bersamamu dulu, aku hampir percaya reinkarnasi. Ketika itu kita masih naif. Berpikir seolah-olah kita tidak akan berpisah. Engkau yang tidak ingin kehilangan seorang sahabat dan aku yang terus meyakinkan diri kalau engkau akan jadi kekasihku. Bayang-bayang mimpi itu yang terus membuat tidurku pulas.
                Perbincangan-perbincangan kita tak pernah berhenti. Terlalu banyak titik-titik pertemuan antara aku dan engkau yang ingin dibicarakan. Antara aku dan engkau terlalu banyak hal yang ditemukan ditengah-tengah hidup kita.
                Saling bertanya dan saling peduli. Hal-hal yang terus membuat kita makin hidup tiap harinya. Melampaui oksigen, dulu keberadaanmu lebih kubutuhkan.
                Perbedaan kita tidak pernah menjadi masalah. Aku yang bebas dan engkau yang  terikat. Kita saling membangun satu sama lain. Tidak pernah ada masalah yang terlalu berarti. Pertengkaran tidak akan timbul dari perbedaan ini.
                Waktu itu, waktu pertama kali bertemu denganmu, aku pikir aku telah menemukan segalanya. Aku pikir dunia sudah terlalu kasihan kepadaku dan engkau adalah pemberian terakhir yang dunia ini bisa berikan terhadapku. Ternyata aku salah. Semesta alam tidak menginginkan kita untuk bersama terlalu lama.  Memang di dunia ini tidak ada yang abadi, tak ada yang kekal. Kita pn berakhir tragis.
                Sekarang, tidak ada apa-apa diantara kita. Hanya sebuah memori, yang kupikir hanya aku yang menyimpannya dan kau tidak. Pilu dan lebam rasanya hati ini ketika aku memutuskan untuk tidak berhubungan denganmu lagi. Sekarang, bertanya “apa kabarmu?” pun aku sudah tidak bisa.

-To whom that i loved-
Jakarta, February 4th, 2012

January 12, 2012

Aku dan menulis 9

                Beberapa kali aku dan menulis membuat karya-karya yang lumayan bagus. Entah itu sebuah puisi, cerpen, cerbung, atau sebuah pantun. Aku sendiri tidak pernah merasa karya-karya itu jelek. Pasti tetap kubilang bagus, bagaimanapun jadinya.
                Belakangan ini menulis memberikanku beberapa buku bagaimana membuat karya yang bagus. Kebanyakan buku itu menuliskan dalam halaman-halaman awalnya untuk berlatih menulis cepat tanpa membaca ulang, mengoreksi, atau berefleksi. Ada satu buku yang bahkan menyebutnya ‘membuat karya sampah’.
                Akhirnya karena itu direkomendasikan oleh lebih dari 2 penulis, maka aku melakukannya. Aku berikan waktu 10 menit untuk diriku sendiri membuat karya bebas di atas sebuah kertas loose leaf berukuran A5 dengan sebuah pulpen.
                Tadinya aku ingin memakai computer saja, tetapi menulis melarangku karena aku akan bisa seenaknya menekan tombol delete. Padahal berdasarkan buku-buku yang sudah kubaca, tidak boleh ada koreksi. Yang penting cepat.
                Ini mengingatkanku akan pertemuan awal kami berdua. Dia merasukiku dan menulis dengan cepat di atas kertas seperti orang gila. Ya, kira-kira aku tahu sekarang maunya apa.
                Hasilnya, 1 lembar bolak-balik penuh. Sebelum menekan tombol start pada stopwatch aku sama sekali belum memikirkan akan menulis apa. Jadi kira-kira 1 menit aku habiskan untuk membuat sebuah ide di kepalaku. Ide pertama yang muncul di kepalaku itulah yang akhirnya aku tulis. Dan itu adalah cerita bagaimana orang yang tidak punya uang seharusnya tidak menilai rendah hidupnya.
                Setelah kubaca ulang, agak benar apa yang dikatakan salah satu penulis buku itu. Tulisan cepat ini memang hanya tulisan sampah. Ada beberapa paragraf yang kelihatannya adalah paragraf baru, padahal itu hanya pengulangan dari beberapa paragraf sebelumnya dengan kalimat yang berbeda. Ya, tetap saja bagus.
                 Tulisan-tulisan sampah ini makin lama makin banyak. Karena aku melakukan itu sekali seminggu, dan ternyata latihan ini memang sangat berguna. Tulisan sampah itu makin lama makin tidak sampah. Malahan ada beberapa yang terlihat seperti emas.
                Semakin sering aku melakukan latihan ini, aku menambah waktunya semakin lama. Jarak perubahan waktunya tidak terlalu terasa, hanya 2 menit tiap kali aku memperlama waktunya. Aku menambah waktu agar aku membuat tulisan itu dengan bagus dan terartur.
                Latihan ini terakhir kali kulakukan pada saat aku beranjak kuliah. Tak kusangka kesibukannya membuat aku malas sekali untuk membuat sebuah tulisan-tulisan cepat itu. Apalagi sebuah karya. Ini yang sedikit demi sedikit memisahkanku dari menulis.
                Kali ini bukan seminggu, bukan sebulan, tetapi hampir setahun lamanya aku tidak benar-benar membicarakan sesuatu kepada menulis.
                Kami makin lama makin terpisah, seperti tidak akan kembali lagi.