August 20, 2013

Hidup dan Mengajar Dua Bocah

                Sudah sebulan tinggal di Bekasi. Makin hapal jalanan dari rumah ke stasiun dan tempat-tempat penting macam minimarket, supermarket, ATM, apotik, dan bahkan rumah sakit setempat. Sebenarnya sebulan tinggal di daerah Jatimulya, sih. Selama sebulan di Bekasi juga belum pernah ke mall, tapi tiap kali mau ke atau dari stasiun selalu lewat mall BTC.

                Baby sitting pekerjaan yang menarik, sebenarnya. Melihat anak (atau dalam kasus gue, anak-anak) bertumbuh besar setiap harinya, memberikan kesenangan. Paling menyenangkan adalah kalau mereka makin pintar. Karena kalau begitu, segalanya bisa jadi lebih cepat. Mandi lebih cepat, makan lebih cepat, dan belajar juga jadi lebih cepat.

                Keduanya punya kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Yang lebih tua dan lebih kurus dan lebih coklat punya kemampuan bercerita dan menghapal yang tinggi. Dia masih bisa fokus dan punya konsentrasi tinggi. Cuman, matematikanya lemah. Kalau lagi kerjain soal dan udah ga bisa, dia bengong. Lebih mirip sama gue. Yang muda dan gendut dan putih bisa mengerti matematika dengan cepat. Menghitung di kepalanya juga sudah cepat. Dia juga mudah mengerti aturan, semacam aturan huruf kapital di Bahasa Indonesia. Begitu disuruh menghapal, lamanya sampai berjam-jam. Gampang sekali untuk lupa. Padahal, dia juga baru sebut. Dalam hal ini, ngajarinnya lebih susah daripada ngajarin yang lebih tua pelajaran matematika.Beruntungnya, yang muda masuknya siang, jadi ada waktu untuk dia belajar lagi pagi-pagi. Nanti semester depan, baru dia masuk pagi.

                Bed-time story adalah hal yang menyenangkan bagi dua sisi, gue dan mereka. Gue senang bercerita dan mereka senang tidur sambil mendengar cerita. Memang sih, bagian paling menyenangkannya adalah fakta bahwa mereka sudah tertidur, jadi gue bisa get on with my online life.