Orang tua sering bilang, “masih muda jangan pacaran dulu,
sekolah dulu yang bener.” Seperti bagaimana telah disampaikan begitu banyak
orang lain yang telah hidup jauh lebih dahulu dari kita, sebaiknya kita
dengarkan kata orang tua.
Seorang
tokoh serial yang bernama Gregory House M. D. yang adalah seorang tokoh dokter
yang brilian dan selalu merasa dirinya tak layak untuk bahagia juga pernah
mengatakan sesuatu mengenai cinta dan pacaran. Suatu saat, ia berkata kepada
pacarnya, “Being happy and being in love
with you makes me a crappy doctor.” Hal ini dikatakannya setelah pasien
ketiganya yang mati karena terlambat didiagnosa, dan ia mengatakan ini dalam
keadaan mabuk. Kemudian ia melanjutkannya “If
I had to choose between saving eveyone or loving you and being happy, I choose
you. I choose being happy with you. I always choose you.”
Memang
mungkin seringkali pacaran membuat studi agak kurang baik, karena memang ketika
sedang jatuh cinta fokus hidup berubah. Walaupun begitu, pacaran memberikan
sebuah energi baru yang mendorong manusia untuk hidup. Lebih baik lagi kalau
pacarannya serius, tapi mari kita sama-sama lihat fakta. Berapa persen sih anak remaja pacaran serius? Lagi
pula, untuk apa juga serius. Memang belum umurnya.
Yang penting, kalau sudah pacaran harus tetap jaga keseimbangan dengan hubungan diri dengan yang lain. Dengan Tuhan, dengan keluarga, dengan teman-teman yang lain, dengan sekolah, dengan kerjaan, dan hubungan lainnya.
Setelah
menulis dua paragraf di atas, saya menyadari betapa “timur”nya saya. Karena memang
sebenarnya, pacaran itu seringkali hanya untuk bersenang-senang bagi orang barat dan orang manapun setelah era globalisasi ini. Ketika serius, maka semuanya akan menjadi terasa lebih berat. Anak kecil tidak pernah mau tanggung
jawab yang berat. Jadi, ya, yang pacaran hanya untuk senang-senang itu anak
kecil.
Jangan jadi excuse ya untuk yang ga laku, ga laku ya introspeksi diri ajalah.