December 17, 2013

About "The Dream" of My Fantasy World

                Everyone have their own fantasy world. Like when they become the superhero or where there’s a perfect world without crime and Borneo is green still. Something that they can hope for, something people dream about.
                I, too, have my own fantasy world. A world where everything is normal. Beckham still the football king of England along with Cantona, Jakarta’s street still filled with commuters coming from all over small town nearby, and Joan Rivers still have an agenda for lips pumping appointment.
No need for a fucking unicorn or spaghetti everywhere or naked chicks always there on my bed whenever I want to. That’s not “the dream”. Those things are overrated and it will be a chaotic-ending kind of fantasy.

The only thing that could ever be a fantasy is when my plan works well.  
                It will not ever be “just” that. I always have a plan. It’s just a daily routine. I keep things simple, I know what I wanna do at which hour and I will do it. If even I didn’t do it, I can always handle with a backup plan.

                Me and my plan always works well. Things are getting worse when people came in or  I invited them (on purpose or not it doesn’t matter, being social is irresistable). Some people just can’t cooperate. The most annoying people is the one who wasn’t invited by me with purpose and however think they have the rights to know.

                Well.. Just a simple fantasy world where my plan works well, daily ones not like a future what not, without any obstruction. I just want time and people that is inside my plan (somehow) to be good to me. Now, that’s “the dream”. 

December 12, 2013

Dear 15 Years Old Social Mediocre

@obatdemam,

                Gue sendiri tidak yakin ada alasan yang jelas dibalik nama akun twitter itu. Gahol kok. Jangan takut jadi apapun, semua terjadi dalam pilihan lu. Gue tahu umur lu masih menandakan bahwa lu masih di bawah perlindungan ketat orangtua, tapi dalam beberapa tahun akan jadi jauh lebih longgar.

                Kalau mau jadi obat demam, gue tidak punya saran apa-apa selain jadi orang yang lucu. Bekerja menyembuhkan demam ke banyak orang. Seperti apa yang kitab tebal bersampul hitam dan ada di meja belajar lu dan gue tidak percaya lu cukup sering membacanya, bilang hati yang gembira adalah obat.

                Tetanggaan sama lu udah tidak seperti dulu lagi. Lu makin sibuk dengan diri lu, begitu juga gue. Kapan lagi kita sempat golden week? Bersenang-senang, gila-gilaan, berjanji untuk tidak tidur semalaman dan lu akhirnya tidur duluan.


                Ingat tidak foto kita berdua di belakang nisan kuburan opung? Pernah sekali waktu, waktu gue jadiin foto ini sebagai profile picture di Facebook, beberapa hari kemudian lu melakukan hal yang sama. Gue yang merasa aneh, pada saat itu langsung buru-buru mengganti dengan foto yang lain. Hahaha, masa kecil. 

Alaynya dulu dan betapa masih gendutnya dirimu, mam

              Lu sih masih punya banyak waktu untuk bersenang-senang. Gue hanya menuliskan ini karena gue tidak pernah tahu harus berbicara apa kalau Gue melihat mulu yang sudah penuh dengan efek negatif hormon dan perut buncitmu itu. Gue tGuet lebih sering menahan tawa atau malah meledakkannya di depan wajahmu daripada mengucapkan kalimat bermakna.

                Hidupmu ke depan ditentukan oleh berapa sering lu mengingat nama aslimu sendiri. Selamat ulang tahun, mam. Lu masih sangat muda.


Sepupu G4h0lz BgTss,

@FRenaldoo

December 8, 2013

16 Tahun Hitamnya Mr. Black

Mr. Black,


                Kalau aku buka surat ini dengan menuliskan apa yang seharusnya aku ucapkan setiap tanggal 8 Desember kepadamu, mungkin terasa mainstream. Mari kita hindari bersama. Jangan berharap aku akan menulisnya di awal.

                Kamu tahu banyak hal yang aku tidak tahu, tentunya dalam batasan kita masing-masing. Aku tidak tahu bagaimana kamu bisa mencapai 80% headshots atau menghasilkan uang dari akun game. Aku juga tidak mengerti apa rasanya selama  15 tahun (mungkin) jadi orang terhitam di lingkunganmu. Hmm, ini menarik.

Satu-satunya alasan kamu dipanggil dengan nama panggilanmu hari ini hanya karena kulitmu. Tidak ada alasan lain. Bukan karena latar belakang yang gelap atau membawa ke-gelap-an setiap kali kamu berjalan. Hanya kulit.

Aku tidak pernah merasa jadi rasis kalau memanggil kamu, sepupuku sendiri, dengan nama panggilan itu. Keren, tidak masalah. Namun, aku tidak tahu isi dirimu sepenuhnya, perasaan mendalam apapun dari dirimu. Aku tahu kamu pasti merasa nama panggilan ini keren. Ah, pasti. Tapi kamu tidak pernah bilang. Hanya bersikap seperti nama itu keren.

Sudah lebih 5 tahun sepertinya kita memakai nama panggilan yang kita buat waktu ingin membuat podcast “Snapshot”. Kamu tentunya masih ingat dengan jelas adegan saat aku memanggil nama panggilanmu sampai menjulurkan lidah, masih lucu.

Selamat ulang tahun. Tentu aku tidak akan menuliskannya di akhir, karena kamu pasti sudah menduga seperti itu saat aku dengan jelas-jelas memberitahu kalau aku tidak ingin menuliskannya di awal. Ini masih di tengah-tengah.

Kalau di kenang-kenang, terakhir kali kita bicara dengan memanggil nama panggilan masing-masing kapan ya? Lama tidak bermain game bersama, tapi aku culun punya. Tidak bisa main. Lama juga sejak Snapshot terakhir kita.

Tahunmu terulang rutin setiap tanggal 8 Desember. Aku hanya bisa bersyukur kalau kamu masih hidup setiap tahunnya dan di tanggal 8 Desember. Satu-satunya sepupuku yang jago main game dan jenius dalam tahun yang sama.

Selamat ulang tahun. Aku menuliskannya dua kali. Aku tahu kamu sama sekali tidak menebak aku akan menuliskannya dua kali. Berharap setelah menulis ini, di tanggal 8 Desember aku bisa mengucapkannya. Di depan wajahmu, kepada si kulit hitam, dan hati yang putih.


Sepupu tak berkado,


DeadMaster