Jadi guru itu enak juga, ya.
Agak merasa lumayan berkuasa. Apalagi kalo jadi guru ekskul. Jadi guru ekskul
lebih enak daripada jadi guru pelajaran, karena murid-murid yang masuk ekskul
adalah murid-murid yang benar-benar minat. Kalau kondisi sudah begini, setiap
kali bicara tentu didengarkan.
Konyolnya, atau juga bisa
dibilang uniknya, saya jadi murid dan jadi guru di satu sekolah yang sama.
Kalau kamu hebat, kamu pasti bisa tebak saya jadi guru ekskul apa. Ya, itu.
Ekskul yang ada hubungannya sama tulis-menulis. Ekskul Penulisan Kreatif, lebih
tepatnya. Bukan hanya mengenai menulis cerita dan artikel, tapi saya juga
ajarkan mereka tulis puisi, naskah, dsb.
Kemarin ini, baru minggu kedua
saya mengajar. Satu minggu satu kali, namanya juga ekskul. Seru memang,
walaupun hanya baru dua kali. Saya tidak sabar menunggu minggu-minggu
berikutnya.
Ngomong-ngomong, saya sudah bisa
susun silabus kecil-kecilan, lho.
Asik, ya! Pengalaman baru. Nanti, seiring berjalannya waktu, pengalaman saya
mengajar bisa jadi pengalaman yang berpengaruh dalam hidup saya ke depan.
Semoga begitu.
Sebenarnya, ada cerita dibalik
saya bisa jadi guru ekskul. Jadi, guru ekskul sebenarnya, yang adalah juga guru
besar sastra sekolah saya dan juga wakil kepala sekolah, tidak bisa mengajar
karena jadwalnya sudah padat. Karena di sekolah saya, saya terkenal akan
kemahiran menulis, jadilah saya yang dipilih untuk menjadi guru.
Dan jangan salah sangka, saya tidak jadi guru bayaran.
Kadang, ingin juga minta gaji, tapi saya juga belum yakin saya sudah sehebat
itu untuk dapat gaji. Lama-kelamaan, saya jadi ingin jadi guru ketika nanti
besar. Kata orang, guru adalah pekerjaan yang mulia, itu kenapa Yesus memilih
menjadi guru.
Ah, dunia ini tidak bisa diprediksi. Tuhan membentuk saya
dan kamu secara perlahan dan misterius. Ketika kita setia, kita akan tahu dan
melihat sendiri nanti. Cita-cita itu seperti ilusi jadinya.