July 22, 2012

Kampung-kota


Aku sering ingin pergi dari sini
Sini, tempat Ibuku lahir
Mereka sudah membuat sini sama menjadi sana
Segala yang ada di sana, dibawanya ke sini
Di sana hidup lebih lancar
Di sini aku bahkan tidak bisa berjalan
Lama aku menunggu waktu
Tertahan di dalam kelaparan
Ingin pergi aku ingin pergi
Merangkak, bergesekan dengan kerikil
Sakit, sakit sekali
Di sana banyak mimpi terwujud
Di sini aku sering dipukuli karena melamun
Tak kuasa lagi Ayahku menahan
Ibu hanya bisa menangis
Mau aku ke sana, bukan di sini
Kampung-kota

July 21, 2012

Bosan itu dosa



Bosan itu dosa. Membuat orang lain menjadi bosan itu juga dosa. Bosan akan hidup diri sendiri, dosanya berlipat ganda. Bosan karena melihat kehidupan orang lain, adalah dosa bodoh yang entah kenapa sering dilakukan. Makin cepat bosan akan sesuatu atau seseorang, makin cepat dosa menumpuk.

Aneh. Kenapa orang bosan? Lebih aneh lagi, kenapa bosan itu dosa? Orang butuh yang baru. Suasana baru, orang baru, barang-barang baru. Bosan itu bukan alasan untuk “butuh yang baru”. Bosan itu tidak bertanggungjawab, karena hanya bisa bilang bosan. 

July 15, 2012

Pacaran dengan Stevani Widjaja 3


                Sudah 3 bulan. Perjalanannya makin dibuat susah dengan liburan panjang sekolah. Awalnya sih menyenangkan. Kami berdua (dan dengan segenap angkatan kami) pergi ke Lombok. Di sana kami lumayan banyak menikmati waktu-waktu berdua.

                Minggu kemudian, datanglah penyiksaan batin kepada si cewe. Saya (dengan senang) pergi meninggalkan dia ke Kupang. Pergi ke Kupang, yang jauh, tentu tidak akan secepat itu. Saya menetap di sana selama 7 hari. Berjalan-jalan ke sana kemari tanpa khawatir akan keberadaan yang di Jakarta, saya tetap yakin Tuhan menyertai dirinya dari godaan. Lebih kacau lagi adalah ketika 3 hari terakhir saya pindah tempat menginap dan sama sekali tidak ada sinyal. HP saya memang butut.


                Maka terdengarlah isak tangis dari Jakarta Raya sampai ke telinga saya. Tapi, namanya juga sudah malam, maka saya meneruskan tidur saya dengan lelap. Maklum, saya tidurnya sama orang yang suka ngorok, jadi suara tangisannya kecil sekali.

                Setelah pulang dari Kupang, saya langsung dipaksa pulang ke Jakarta. Padahal, tadinya saya mau ikut sepupu saya ke Bandung dan menginap selama 2 hari. Tapi, apa daya. Jadilah saya pulang ke rumah dan esok harinya bertemu si cewe.

                Tidak lama setelah hari itu, dibalasnya pula saya. Dia pergi ke puncak selama 5 hari dengan keluarganya. Tinggallah saya di Jakarta bersama dengan isinya. Sekarang saya hampir tidak ingat sama sekali dengan apa yang terjadi selama hari-hari itu.

                Setelah 5 hari dari puncak, kami harus menikmati kebersamaan kami dengan menjadi panitia MOS untuk anak murid baru. Acara pertamanya itu adalah camping di Bogor. Ya, lumayanlah. Di sana kami bekerja sama sebagai teman sekerja yang setara. Selama kami mempersiapkan bermacam-macam hal, tidak jarang kami mendengar beberapa guru (termasuk Ibu Kepala Sekolah) dan teman-teman yang lain menggoda kami dan mengelu-elukan (maaf, ga tau lagi kata yang lebih tepat).

                Persis setelah acara camping, si cewe dengan santainya meninggalkan saya ke Singapore selama 3 hari. Giliran dia yang susah berkomunikasi. Harus pinjam BB tantenya dulu untuk bisa online Twitter sebentar. Selebihnya tidak bisa apa-apa lagi. Kemudian, waktu si cewe ini pulang, saya menuliskan sebuah tulisan selamat datang dan saya kirim ke emailnya. Kata si cewe, dia langsung ga bisa tidur setelah baca.

                Oh iya, ada tambahan wacana. Hari sabtu kemarin (14 Juli 2012), ada dialog kecil antara saya dan papa saya B-)

Papa: Jadi gimana kamu sama Vani rencananya?
Aldo: *Dengan santai dan cool abisss* Ya, jangka panjang pa.
Papa: *Clingak-clinguk cari Mama*
Aldo: Kenapa? Papa baru sadar dia Cina? *masih santai*
Papa: Ya, kalo bisa orang Batak bang...

                Dialognya selesai sampai di situ saja. Mungkin Papa sama sekali tidak ada maksud rasisme. Papa sepertinya sedang sadar kalau saya tinggal anak satu-satunya dan laki-laki pula. Kakak saya yang perempuan sudah diambil orang Inggris, lalu saya? Tidak salah kalau Papa ingin saya sama orang Batak. Tapi, saya lebih tidak salah kalau jatuh cinta sama orang Cina.

July 7, 2012

Soal Feminitas dan Jiwa Saya


                Semua orang di dunia ini, baik laki-laki maupun perempuan, punya sisi maskulin dan feminin masing-masing. Kadar kedua sisi itu berbeda-beda tiap orang. Ada perempuan yang maskulinitasnya lebih besar daripada perempuan-perempuan lainnya, begitu juga sebaliknya dengan laki-laki.
                Saya, yang sepertinya memiliki takdir hidup untuk selalu berada di sekeliling perempuan banyak (dan bukan mainan perempuan maksudnya), agaknya menjadikan saya jadi banyak tau soal perempuan, tapi itu tidak membuat saya jadi seperti perempuan. Hal ini saya tidak hiperbola sama sekali. Saya berkali-kali berada di acara yang isinya banyak perempuan semua. Dulu waktu kakak saya kuliah dan saya masih kecil (masih SD), saya sering diajak berkumpul bersama teman-teman kakak saya yang perempuan semua. Jadi, ya kira-kira bergitulah gambarannya.
                Karena sejak kecil saja sudah begitu, akhirnya saya menemukan ketertarikan-ketertarikan di dunia perempuan-perempuan itu. Karena kebetulan waktu itu kakak saya dan teman-temannya anak FISIP, jadilah saya hari ini ingin masuk di jurusan yang sama dengan mereka. Ada banyak hal lagi yang menjelaskan kenapa saya begini hari ini, macam kebawelan saya, ketertarikan saya dengan dunia tulis menulis, kehebatan saya dalam merangkul wanita dengan muka unik begini, dan berbagai macam hal lainnya.
                Sisi feminin yang berkembang bersamaan dengan sisi maskulin saya membuat saya bisa mengerti perempuan lebih dari laki-laki biasanya tanpa kehilangan kelaki-lakian saya. Saya masih bisa pakai celana jeans yang untuk perempuan, lalu membawa tas yang ada warna pink di pinggirnya tanpa terlihat sebagai perempuan. This is what’s great from me!
                Saya mungkin pernah manicure, tetapi saya juga pernah berkelahi sampai berdarah-darah. Gaya bicara saya terkadang bisa dibilang seperti perempuan, tetapi isi bicaraan saya laki-laki banget. Ya, pokoknya hal-hal macam itu deh yang membuktikan keseimbangan kedua sisi, feminitas dan maskulinitas, di dalam jiwa saya. Kamu gimana? Sudah seimbang?  

July 3, 2012

Traveling Untuk Bebas


                Traveling bagi saya bukan sebuah jalan-jalan yang beralasan ingin melihat sesuatu. Biasanya orang akan pergi ke suatu tempat karena ada pemandangan alam yang ingin dilihat, atau mau lihat-lihat museum, dan hal-hal lain yang ingin dilihat dan dipelajari. Saya bepergian bukan karena itu, karena saya ingin bebas saja.
                Saya ini masih remaja dan masih tinggal sama orangtua. Sekali-sekali tentu saya ingin keluar dari rumah orangtua saya. Kalau lagi bepergian rasanya lepas dan mandiri. Sensasi itu yang membuat saya ingin bepergian.
                Karena alasan itu, maka destinasi saya untuk bepergian tidak harus tempat yang pemandangannya indah. Bahkan sebenarnya saya jarang menentukan destinasi. Yang penting tempat itu bukan berada di kota tempat saya tinggal sehari-hari. Tidak peduli tempat itu mirip dengan kota tinggal saya, yang penting saya tahu kota itu bukan kota saya.
                Sesuatu yang beda, yang bebas dari ikatan orang-orang yang sering hinggap di sekitar saya, itu mengapa saya bepergian. Sambil mempelajari sesuatu yang baru di tempat yang baru, sambil saya menghirup udara baru, yang tidak tentu segar, tapi bukan seperti yang saya hirup biasanya.
                 Teman-teman yang traveler dan backpacker juga pasti punya alasan masing-masing kenapa jadi suka bepergian. Mungkin beda alasan, tapi mungkin ada yang sama dengan saya. Mari kita terus pergi, mengarungi lautan, menapaki langit, mendaki gunung, dan lewati lembah demi sebuah kebebasan!

July 1, 2012

As Tall As My Shadow

                Kamu pernah lihat bayangan akan dirimu sendiri? Tentu saja, ini pertanyaan yang agak bodoh. Lalu, apakah kamu pernah menyadari kalau bayanganmu lebih tinggi dari dirimu? Saya sering.
                Saya ini selalu punya masalah dengan tinggi badan. Saya ini laki-laki, dan katanya laki-laki harus lebih tinggi daripada perempuan, sedangkan saya lebih pendek dari pacar saya sendiri (dan saya tidak malu, hanya saja ingin lebih tinggi).
                Ingin sekali rasanya saya setinggi bayangan saya. Terlihat lebih macho untuk seorang laki-laki. Tapi, ketika saya setinggi bayangan saya ketika saya pendek, bayangan saya juga akan ikut makin tinggi. Dan terus saya akan ingin setinggi bayangan saya itu. Sampai nanti tidak ada ruang lagi untuk bayangan saya bisa bertumbuh.
                Ah, saya ini. Cuman mimpi yang ditinggin. Bukan badan!