April 21, 2012

Cinta di Kaki Wanita


                Menurutmu kenapa Ken Arok jatuh cinta pada Ken Dedes? Karena betis indah. Betis yang kuning langsat itu bercahaya di mata Ken Arok. Betis itu yang berisi dan menggiurkan bagi seorang Ke Arok. Kaki dan betis.
                Tokoh Pangeran di kisah Cinderella. Jatuh cinta dengan seorang perempuan yang muat kakinya dengan sepatu kaca yang ia temukan. Kaki yang muat dengan sepatu itu kaki yang kecil. Lebih kecil dari saudara-saudara tirinya dan ibunya. Kaki mungil yang biasanya lebih disukai. Pangeran itu jatuh cinta dengan kaki dan sepatunya terlebih dahulu. Bukan wanitanya.
                Legenda Danau Toba dan ikan di danau itu. Ketika ikan itu berubah menjadi manusia, si nelayan melihat ikan itu dari bawah ke atas sambil mengaggumi. Apa dulu yang dia lihat? Kaki, tumit, betis, paha. Itu yang lebih dulu dia lihat sebelum wajahnya. Dari kaki baru ke kepala. Seperti surga dia lihat kakinya.
                Kaki-kaki ini. Begitu menggairahkan hidup. Karena betis Ken Dedes, Ken Arok begitu mencintai Ken Dedes dan membunuh suaminya. Karena sepatu kaca yang sangat mungil, seorang Pangeran mengelilingi kotanya sepanjang malam sampai pagi untuk mencari Cinderella. Ia mengetuk pintu satu per satu seperti seorang salesman, sungguh malu.
                Benar saja orang bilang surga di telapak kaki ibu. Telapak kaki yang penuh cinta.                

April 11, 2012

Rumahku dan kondisinya

                Rumah ini emang ga bisa diajak mikir. Ini satu-satunya tempat dimana saya hanya bisa asal-asalan untuk mengerjakan segala sesuatunya dimuka bumi ini. Satu-satunya tempat dimana kalau ada orang, saya tidak bisa mengerjakan hal yang berguna.
                Tulisan saya jadi ngarang-ngarang. Pikiran ga konsentrasi. Ide ga pernah muncul. Bahkan sebenarnya bukannya ga pernah muncul, tapi ide yang udah disusun rapi diatas motor atau di dalam angkutan umum bisa hilang begitu saja di rumah ini. Rumah setan!
                Mungkin saya juga sudah pernah cerita di cerita saya yang sebelumnya mengenai betapa saya bete sekali dengan rumah ini. Asli deh.
                Liat aja sekarang saya ga tau mau tulis apa. Tulisan ini jadi kacau bahasanya. Udah kayak anak kampung baru belajar nulis.
Biar ngerti betapa bencinya saya sama rumah ini, mari saya ajak kalian semua berkeliling. Jadi, rumah saya itu kecil, ga gede. Begitu masuk, mata kalian akan tersaji dengan 1 meja tamu beserta set sofanya, 1 meja di depan TV 21 inch dan juga sofanya yang warna kuning-kuning emas gitu, 1 pintu kamar mandi, dan 2 pintu kamar yang adalah kamar saya dan kamar bapak-emak saya.
Di depan pintu kamar emak-bapak ada satu meja kerja dan 2 rak buku yang setinggi perut. Di situ banyak kabel-kabel charger bertebaran sana-sini, kadang rapi kadang kacau balau. Di situ adalah tempat saya mengerjakan PR mandarin dan baca buku Sejarah Indonesia Modern, karena kalau engga kerjain di meja bisa-bisa saya ketiduran. Cuman 2 kerjaan itu yang saya kerjakan di meja kerja, sisanya bisa kerjain di kasur sambil chatting dan pacaran.
Di depan meja kerja itu ada satu papan tulis yang tergambar sebuah kotak-kotak untuk kalender yang terisikan jadwal selama sebulan. Keluarga saya cukup ketat urusan waktu dan jadwal kepergian atau kepulangan. Saya tidak boleh pergi ke suatu tempat kalau tidak pernah ditulis di kalender itu. Keluarga yang sungguh terencana. Jadi, tidak heran kalau hidup saya sudah sangat sering saya rancang dan rancang ulang, namanya juga budaya keluarga.
Kalau masuk ke dalam kamar saya, yang kira-kira luasnya 4x4 meter ini, kalian akan langsung melihat lemari excel di depan kalian, sebuah kasur besar, kemudian sebuah rak yang sama dengan yang disamping meja kerja di samping kanan kalian dan sebuah gitar dan tas sekolah saya tepat disamping kanan kaki kalian. Di balik pintu ada gantungan untuk bathrobe, ikat pinggang, jeans dan juga topi atau celana yang masih akan saya pake besoknya. Di atas kasur ada 2 guling, 2 bantal, dan 2 selimut. Padahal yang tidur cuman 1 orang. Begitulah saya, maruk. Di samping lemari excel yang tadi itu, ada rak lagi tapi ada pintunya. Isinya barang-barang penting. Sampingnya lagi ada lemari baju yang (beneran deh) teratur sangat rapih berdasarkan fungsinya. Kasur saya mepet dengan tembok, dan di sebelah kanan atas kasur, ada jendela yang langsung ngadep ke taman yang ada pohon pisang gede. Satu kelebihan dari kamar ini adalah sinyal operator apapun akan selalu penuh, ga pandang iklan deh pokoknya.
Ya, kira-kira itulah lingkungan saya bekerja dan memproduksi tulisan-tulisan yang bermutu maupun yang engga(seperti yang ini, misalnya). Rumah yang sebenarnya ga terlalu sumpek, tapi ya begitulah. Entah kenapa saya tidak bisa mengerjakan hal hebat di rumah ini. Itu sebabnya sering saya nginep di rumah temen saya untuk ngerjain tugas. Karena, di rumah pasti ga kerjain apa-apa. Heh, saya bete dengan rumah ini. Tapi mau gimana, saya belum bisa beli sendiri.

April 6, 2012

Pacaran dengan Stevani Widjaja

                Baiklah, aku mengaku salah.
 Kalau ada yang ingat dan ada yang pernah membaca post saya mengenai ulang tahun Stevani Widjaja yang ke-17, ada pernyataan yang saya akui saya salah. Di paragraf ketiga, saya tulis begini:  Nah, Vani ini cukup cantik. Karena kalau cantik sekali, pasti cerita di sini akan jauh berbeda. Ternyata ceritanya tidak beda-beda amat.
                Akhirnya di bulan Maret kami memutuskan untuk saling mendampingi. Maksudnya belum menikah, kalian juga pasti tahu maksudnya apa. Walaupun memang pacaran, harusnya, ujung-ujungnya menikah. Tapi, mari tidak bicarakan itu, masih lama juga kok.
                Waktu hal ini terjadi, saya, teman sebangku saya, teman sekelas, teman-teman dekat saya, semuanya heran. Saya ini bisa dibilang cukup kacau dulu hidupnya waktu SMP, saya sudah berpacaran kira-kira 4 kali. Dan yang membuat mereka heran adalah betapa bertolak belakangnya sifat pacar saya dibandingkan dengan yang dulu-dulu. “Bertolak belakangnya itu ekstrem”, kata salah satu teman saya yang perempuan. Semenjak pacaran saya sering bilang begini ke Vani, kamu itu kucing, pacar-pacarku yang dulu itu singa semua. Setelah mengatakan itu biasanya saya tertawa dan dia hanya bilang apa sih?!
                Perubahan yang ekstrem ini diterima secara wajar oleh teman-teman saya. Mungkin justru karena yang satu ini berbeda. Dia lembut, lambat, tapi tetap bertenaga. Ya kira-kira memang seperti kucing. Bukan yang liar, tetapi kucing rumahan macam kucing anggora dan yang mirip-mirip itu juga. Lebih kerennya lagi adalah kucing yang ini tidak mempunyai cakar. Kalau ada yang pernah nonton film Puss In Boots, dia adalah tokoh kucing perempuan yang tidak punya cakar melainkan tangan dengan jari-jari yang amat lembut. Saya mengatakan Vani mirip seperti itu karena katanya Vani, dia tidak bisa marah dan lagi dengan amat lembut dia mencuri hati saya sampai saya sendiri tidak sadar sudah tercuri (Ya, saya tahu ini gombal, but this is my universe and my rules applies here).
Nah, mari saya ajak lari ke tempat lain yang jauh hubungannya dengan kucing-kucingan. Ada satu hal yang membuat saya merasa, atau memang, sangat spesial. Saya, yang sudah pernah pacaran 4 kali, adalah pacar pertama dari perempuan satu ini! Entah senang atau apa, saya belum pernah punya pengalaman ini. Mungkin pernah sih dulu ketika saya pacaran dengan seorang bule dan saya adalah pacarnya yang orang Asia pertama kali. Rasanya jadi beken gimanaaa gitu.
Tidak hanya saya yang spesial. Ternyata dia juga spesial buat saya. Diluar dari sifatnya yang beda sekali dengan perempuan-perempuan yang adalah mantan saya, dia adalah orang yang tepat janji. Sebagai orang yang, ya bisa dibilang lumayan, sering menepati janji dan bertemu dengan seorang yang juga tepat janji terus, jadi saya sangat senang. Apalagi, kalau janjinya menguntungkan, saya makin senang.
Intinya adalah, kami berdua saling beruntung. Saya beruntung memiliki dia dan dia beruntung memiliki saya. Saya tidak mau sesumbar untuk tidak akan putus dengan dia. Tapi saya juga bukan orang bodoh yang hanya bisa bilang Let it flow and let us follow. Saya bilangnya, yang penting berjuang apapun yang terjadi jangan sampai hal bodoh memutuskan kami berdua. Jangan coba-coba tanya saya hal yang bodoh itu yang macam apa. Saya juga ga tau. Soalnya semua alasan  putus itu biasanya emang bodoh.
                

April 2, 2012

Indonesiaku Kacau

                “Indonesia kacau” begitu kata banyak orang. Saya orang yang juga bilang itu. Saya ini orang Indonesia, saya belajar mengenai Indonesia, saya cinta negara ini. Dan saya masih bilang itu.
                Biasanya, kalau sudah cinta, apapun yang kacau pasti akan ditutup-tutupi dengan hal yang bagus agar masih terlihat, atau terdengar, atau terasa bagus. Tapi itu justru cinta yang tidak jujur. Kristus mati di atas kayu salib menunjukkan dua hal yang sangat jelas kepada manusia, yaitu manusia adalah makhluk yang sangat berdosa, tetapi juga makhluk yang paling dikasihi Allah di seluruh alam semesta ini.
                Kita semua, orang Indonesia, tahu betapa kacaunya Indonesia. Tidak bisa dipungkiri lagi. Seluruh dunia sudah tahu. Mulai dari hal yang sepele, macam sepakbola dan PSSI, sampai kepada Presidennya.
                Memang, Indonesia bukan satu-satunya negara yang kacau. Masih ada banyak negara yang kacau, kok. Bahkan Amerika Serikat sekalipun.
                Pernah suatu kali, saya dan ayah saya memperdebatkan mengenai sesuatu. Kami sedang dalam obrolan makan malam dan saya bertanya, “kalau bisa pilih, papa mau tinggal di negara apa?”. Pertanyaan ini ternyata menyulut percakapan yang panjang sekali. Kami membicarakan kondisi banyak sekali negara. Ayah saya selalu membela-belakan ingin tinggal di Swiss dengan alasan itu negara di mana Johanes Calvin berkarya dalam reformasi, dan di sana tempat menyimpan uang paling aman, sampai hari ini.
                Dari percakapan kami yang panjang itu saya menarik satu kesimpulan, yaitu tidak ada negara yang benar-benar ideal. Semua negara punya masalahnya masing-masing. Ada yang berat, ada yang ringan.
                Mungkin banyak dari kita yang juga pernah memikirkan hal yang seperti saya pikirkan. Tapi lebih baik kita tidak memikirkan itu. Kita lahir di negara ini, berarti ada maksudnya. Indonesia hari ini kacau juga ada maksudnya. Apa maksudnya? Silakan cari sendiri sesuai dengan bakat dan talenta yang sudah diberikan Tuhan padamu. Dengan itu, mari kita sama-sama mengerjakan bangsa dan negara Indonesia ini agar menjai tidak kacau, atau setidaknya tidak korupsi lah.
                Jadi, tiap kali kita bilang “Indonesia Kacau!” Kita harus sadar satu hal, berarti perkerjaan kita untuk Indonesia belum cukup keras dan belum selesai.