September 22, 2011

Mau nulis aja susah

Kita sebagai orang Kristen pasti tahu kalau berdoa itu nafas hidup dari diri setiap kita yang mengaku sebagai orang Kristen. Begitu juga dengan menulis di dunia jurnalistik. Menulis bagaikan nafas hidup seorang jurnalis maupun calon jurnalis, seperti saya. Sekarang ini, sudah hampir satu bulan saya tidak menulis di atas kertas maupun mengetik di komputer. Rasanya sungguh tidak enak. Begitu banyak ide-ide yang saya sudah ingin tuliskan tetapi tidak kesampaian karena pada saat mendapat waktu kosong saya lebih memanfaatkan waktu itu untuk beristirahat. Akhirnya, sambil saya beristirahat dan memejamkan mata, saya menulis di dalam pikiran saya sendiri. Mungkin kalian bertanya-tanya apa maksud saya menulis di dalam pikiran. Begini, menulis itu kan sebenarnya seperti berbicara di atas sebuah kertas, hanya saja bedanya ada bahasa yang digunakan dalam bahasa lisan yang tidak bisa digunakan untuk bahasa penulisan. Jadi, kalau dipikir-pikir menulis di dalam pikiran itu sama saja dengan berbicara dengan diri sendiri, tanpa suara, dan tanpa sebuah media.
Menulis di dalam pikiran memiliki satu kelemahan yang sangat besar, itu adalah lupa. Ketika kita sudah banyak memikirkan ide-ide tulisan dan bahkan sudah menyusun alur penulisan atau bahkan kita sudah seperti membuat artikel utuh, terkadang kita sering lupa. Saya juga sering mengalami hal ini dan rasanya sungguh-sungguh menjengkelkan! Ketika saya sudah bersemangat akan menuliskan apa yang sudah saya tuliskan dalam pikiran saya dan itu semua gagal karena saya lupa saya mau tulis apa, saya bisa nge-down (red=galau). Rasa itu sama seperti ketika kita mau diberikan sebuah trip jalan-jalan keliling Indonesia gratis, tetapi kita tidak bisa ikut karena tiba-tiba ada acara mendadak yang harus dihadiri.
Sekarang saya sedang memikirkan ulang karena semuanya serba salah. Tidak menulis secara real ada rasa tidak enak, tetapi kalau menulis di dalam pikiran sering lupa nantinya. Saya bingung selama beberapa hari belakangan ini. Akhirnya saya mendapatkan ide yang sebenarnya bukan ide baru hasil inovasi saya, tetapi saya baru sadar ada cara ini. Solusinya adalah sebuah buku catatan kecil dan sebuah pen murah yang siap pakai kapan pun saya mau dan harus pas dengan ukuran kantung baju atau celana saya. Jadi, dimana pun saya mau menulis, saya bisa menulisnya langsung tanpa kehilangan satu pun ide, karena ide itu sangat berharga!
Sampai disini cerita saya mengenai kehidupan tulis-menulis saya kali ini. Semoga lewat pengalaman yang saya bagikan teman-teman sekalian terbantu.